Postingan

MENELUSUR SEJARAH PERADABAN MANDAR (Telaah Sejarah Perruqdusanna To Mandar) (bag. 1)

Gambar
Oleh: Muhammad Munir Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Sulbar Aktif di Appeq Jannangang. Inisiator Sepeda Pustaka, Rumah Pustaka dan Rumah Buku Pengantar: Mengapa Fir'aun Jazadnya di Selamatkan ? "Apa perbedaan antara Soekarno membaca teks Proklamasi dengan saat Soekarno Kencing. Dan Peristiwa yang mana yang bisa dikatakan peristiwa sejarah?". Demikian pertanyaan yang sering saya lontarkan dalam setiap saya diundang oleh teman-teman dalam diskusi atau seminar terkait Sejarah Mandar. Hal sama saya lontarkan saat menjadi pembicara pada SEMINAR NASIONAL Pendidikan, Sejarah dan Kebudayaan Mandar di Gedung DPRD Majene, 11 Agustus 2015 lalu, dalam rangkaian peringatan HUT Majene ke 470. Jika semua kejadian-kejadian pada masa lalu kita sebut sebagai sejarah, maka ketika Soekarno kencing pun seharusnya ditulis sebagai sejarah. Demikian juga dengan aktifitas keseharian beliau. Namun jika kita berfikir bahwa sejarah adalah sebuah rangkaian peristi

PAQBANNE TAUANG (tata acara pernikahan adat di Desa Matangnga)

Gambar
Oleh : Mujahidin Musa Paqbanne tauang (pernikahan) bagi masyarakat Matangngga dahulu hanya dapat dilakukan pada waktu pealloang (selesai panen padi) sampai waktu kembali turun ke sawah ( dipandallembaq di sedang rappakang ).  Dalam memilih jodoh, seorang pria harus memperhatikan ketentuan ketentuan khusus, misalnya pria dari kalangan bangsawan hanya dapat memilih putri kalangan bangsawan, pria dari kalangan biasa hanya dapat memilih wanita biasa pula. Pernikahan dengan sepupu sekali dibolehkan dengan syarat harus menyembelih kerbau. Pernikahan dengan sepupu dua kali juga diperbolehkan dengan syarat menyerahkan sebilah keris tua atau piringan tua kepada dewan adat, atau yang dikenal dengan istilah naala lettengang buttu. Tata aturan dalam pernikahan adat sebagaimana adat istiadat Pitu Ulunna Salu khususnya di Desa Matangnga antara lain; 1.       Messisiq/ Mekkutana (bertanya secara rahasia) Dalam tahapan ini pihak pria berkunjung ke rumah orang tua wanita yang diinginkan

PASSOKKORANG, SIAPAKAH ENGKAU??

Gambar
Penulis: Zulfihadi (aktif di Komunitas Appeq Jannangang) Selama ini khasanah sejarah khususnya jaman kerajaan di tanah Mandar cenderung  dimonopoli oleh federasi kerajaan-kerajaan Mandar pesisir atau bisa disebut Pitu Babbana Binanga (PBB), terkhusus oleh kerajaan Balanipa. Berbagai cerita tentang keagungan dan kehebatan kerajaan Balanipa sangat mudah kita dapati dari literatur atau alur tutur sejarawan termasuk manuskrip-manuskrip lontar. Sementara itu di sisi lain kita akan kesulitan menemukan kisah maupun tulisan lontar mengenai beberapa kerajaan lain yang notabene lebih dahulu berdiri dibandingkan dengan kerajaan Balanipa. Sebut saja salah satunya, Passokkorang. Bisa dikatakan bahwa kerajaan Passokkkorang merupakan salah satu pemicu berdirinya kerajaan Balanipa. Namun kemudian, seperti disebutkan di atas bahwa sangat sedikit kisah tentang kerajaan tua ini kecuali sekelumit kisahnya sebagai kerajaan yang dzalim dan semena-mena terutama kepada daerah-daerah kecil disekit

MENELUSUR PENULISAN SEJARAH MANDAR

Gambar
(Telaah Sejarah Mandar) Oleh : Muhammad Munir Aktif di Komunitas Appeq Jannangang Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Sulbar Pengantar Sepanjang tahun 2015 ini, saya melihat ada sebuah ghirah yang muncul dari pelaku dan pemerhati budaya dan sejarah Mandar dan tentu saja ini merupakan sebuah kondisi yang mesti dijadikan sebagai momentum untuk lebih bangga menjadikan Mandar sebagai identitas kita. Mengapa Mandar harus menjadi identitas kita, sebab Mandar disamping sebagai wilayah administratif dari Paku hingga Suremana yang juga disebut provinsi Sulawesi Barat, juga adalah sebuah sistim nilai yang turun temurun dilestarikan dalam tuturan dan tulisan. Identitas itu mungkin diaktualkan secara beragam, misalnya Uwake’ Culture Fondation, Kompadansa Mandar, atau Appeq Jannangang dll.,dengan sederet kegiatan yang formatnya berbeda-beda, seperti Festifal Sungai Mandar, Perpustakaan Rakyat Sepekan, Halaqah Budaya, pertunjukan-pertunjukan seni tradisional sampai kepa

FESTIVAL GauTIK 2015 dan APPEQ JANNANGANG

Gambar
Perhelatan Festival GauTIK 2015 yang digelar di gedung GADIS Polewali Mandar telah usai beberapa hari yang lalu. Kegiatan yang diusung oleh relawan TIK (R-TIK) Sulawesi Barat ini terlaksana pada tanggal 1-5 September lalu dengan bermacam acara, di antaranya sosialisasi Domain desa.id, workshop pembuatan website, pameran TIK dan berbagai macam lomba.  Yang menarik dalam acara yang pembukaannya dihadiri oleh Direktur Pemberdayaan Informatika Kementrian KOMINFO  ibu Septriana Tangkary, serta Wakil Bupati Polewali Mandar bapak HM. Natsir Rahmat dan Asisten II PemKab Pol-Man bapak Darwin Badaruddin, ini adalah sosialisasi perangkat-perangkat IT. Sebut saja Rapsberry yang salah satu pengembangnya adalah putra lokal Mandar. Mini computer yang hanya seukuran kartu KTP ini sungguh mengundang decak kagum. “Untuk sementara produk ini telah diuji cobakan di Malang dan Jogja, tapi tidak lama lagi produk ini akan kita pasarkan juga di sini (Sulawesi Barat/red)” terang Mihram, lelaki asa

SIKAPA, MAKANAN KHAS MANDAR PEGUNUNGAN.

Gambar
Sikapa alias gadung (Foto: jamunusantara.com) Sesungguhnya sumber daya alam Polewali Mandar sangatlah kaya dan beragam, meskipun mungkin masih banyak yang belum terungkap dan terbudi dayakan dengan maksimal. Dalam hal ini sumber bahan pangan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat mandar pegunungan. Singkong dan Undo/kundo/sikapa merupakan salah satu sumber makanan pokok orang Mandar pegunungan seperti halnya singkong dan sagu bagi orang Mandar pesisir. Dewasa ini konsumsi undo telah tergeser oleh adanya beras atau nasi, namun demikian tak ada salahnya jika kita kembali menengok sumber pangan tradisional ini dan berikut tulisan tentang umbi tumbuhan yang oleh masyarakat Mandar disebut undo atau sikapa. Pada saat musim kemarau seperti saat ini di mana banyak areal persawahan yang mengalami gagal panen dan terjadi paceklik, masyarakat pegunungan biasanya membentuk kelompok-kelompok kecil dari keluarga atau tetangga mereka sendiri dan melakukan pencarian sikapa ke tepian hut

SUNGAI MANDAR (Dari Mata Air ke Air Mata)

Gambar
Pernah sekali aku melihatmu keluar dari celah batu, dari ujung-ujung akar, dari bongkahan tanah berpasir, Berjalan pelan, mengalir Terus, terus dan terus menerus Tetes, tetes dan tetesan menetes Rembes dan merembes Mata air Pertama kukenal, ketika lelah tak letih mengikuti Jadilah kau pilihan hatiku ketika peluh meluluh nyaliku, enggan kompromi Pertama kali jua kau mengalir diantara sumsum dan urat nadi Sesekali kau menyapaku lewat pori Aku mengenalmu Begitu dalam Mata air Pernah kuingin membuat danau, Membuat samudera, membuat kondensasi air, membuat hujan, untuk sekedar memberimu ruang untuk aku semakin dekat. Dan dengan halus kau janjikan dan jadikan sungai, laut, danau dan samudera itu tepat ketika aku beranjak dari tempat dimana aku pertama mengalirkanmu ketubuhku. Mata air Kau benar, janjimu pasti dan aku melihat sosok tuhan yang begitu santun menyayangi alam dan makhluk-Nya. Kaukah sifat Tuhan itu, dan dari sifat apa kau dicipta? Sebab aku ada dan dicipta dari sifat Tuhan i