Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

SKETSA ASA HIDUP

Sketsa itu masih suram. Cahaya itu masih redup. Terlingkup oleh kenyataan. Bertabur segala derita. Kini duduk seorang diri. Menatap surya menapak senja, meninggalkan semburat sedih. Malam gelap kini merayap. Tanpa senyum sang dewi Dirundung pekat awan. Namun aku tetap duduk tak bergeming. Memahat asa dalam kalbu. Zulfihadi Silambea, 120302

MENYIKAPI BUDAYA SECARA BIJAK Part II

Gambar
Foto Maja Anis Budaya dan kebudayaan adalah sesuatu yang tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan manusia sebagai mahluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan manusia lain, sekaligus sebagai mahluk religius yang membutuhkan ‘’obat’’ penenang jiwa setelah bergelut dengan aktifitas alam yang berada diluar jangkauan nalarnya (sesuatu yang gaib). Budaya Menurut E.B. Taylor adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam perjalanannya manusia telah memiliki begitu banyak kebudayaan sesuai dengan cara hidup dan kondisi lingkungan masing-masing komunitas baik secara beradab maupun tidak. Pada suku Aztec, Inca di Peru atau Maya kuno di daerah semenanjung Yucatan, Amerika Tengah pada jaman dahulu dikenal sebuah upacara keagamaan untuk menyembah Dewa matahari dimana dalam upacara itu dilakukan dengan mengorbankan seo

SANG PUTRI “YANG MENCAPLOK” SUL-BAR

Gambar
Keputusan dewan juri yang terdiri dari Ketua Dewan Juri Miss Indonesia 2014, Liliana Tanoesoedibjo, Wulan Tilaar, Ferry Salim, desainer Priyo Oktaviano, dan Miss Indonesia 2012 Ines Putri Tjiptadi memutuskan Maria Esteria Sastrayu Rahajeng sebagai ratu versi Miss Indonesia 2014 sontak membuat beberapa warga Sul-Bar, paling tidak mereka yang menjadi pemerhati budaya Mandar meradang. Meski tidak sedikit juga yang ikut merasa bangga karena ada nama Sulawesi Barat yang tersemat sebab sang putri (katanya) merupakan duta dari Sulawesi Barat. Hal inipun menjadi trending topik dibeberapa media sosial, baik akun perseorangan maupun akun grup khususnya grup Komunitas Penggiat Budaya dan Wisata Mandar yang memang merupakan grup sosial media yang menekunibagian kebudayaan, Mandar khususnya. Mengangkat atau menjatuhkan? Sebagian masyarakat merasa bangga dengan sejarah baru dimana untuk pertama kalinya utusan Sulbar menjadi pemenang dalam ajang Miss Indonesia, dan menaruh harapan besar

Kritik novel “GADIS PORTUGIS” karya Mappajarungi Manan, penerbit NAJAH Juli 2011.

Gambar
Membaca novel ini membuat kita seolah terbawa keera meredupnya jaman keemasan kerajaan Gowa yang diakibatkan oleh Perang Makassar yang berlangsung mulai tahun 1966 hingga tahun 1969. Penggambaran jalannya peristiwa kehidupan yang dialami oleh Karaeng Caddi dan Ellis Pereira selaku pemeran utama dalam novel ini serta jalannya beberapa peristiwa perang yang terjadi seolah ikut meliuk-liuk mempermainkan rasa dan fikiran dari pembacanya. Namun demikian, sebagai novel berlatar sejarah perang saudara berkepanjangan antara kerajaan Gowa dan kerajaan Bone yang kemudian dicampuri oleh VOC sehingga menjadi salah satu peperangan terberat yang dialami oleh VOC dalam usahanya menguasai kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara, sangat jelas bahwa penulis berdiri difihak Gowa dengan menggambarkan musuh Gowa dalam hal ini Arung Palakka La Tenri Tatta Petta Malampe Gemmeqna To ri Sompae Sultan Saaduddin dan orang-orangnya sebagai manusia biadab, kejam dan tidak berperi kemanusiaan serta pengecut

PERTEMPURAN PERTAMAKU

Malam ini hujan turun dengan deras membasahi tubuhku, dinginnya sampai mencucuk tulang. Terasa jika gerahamku gemetar dan kubayangkan bibirku pasti sudah biru sejak tadikarena dingin. Tapi aku harus kuat, seorang prajurit harus patuh pada perintah panglima dan seorang prajurit yang lalai adalah pangkal dari kehancuran sebuah pasukan. Setidaknya begitulah pesan andong guru pamusuq saat berpidato dalam acara pembukaan latihan prajurit, saat pertama kali aku mengajukan diri menjadi seorang prajurit di bawah pimpinan puang ta I Daeng Riosoq. Dan karena pesan itulah sehingga aku harus menahan dingin dalam menjalankan tugasku malam ini sebagai penjaga perbatasan. Suasana kampung terasa sunyi, padahal malam belum begitu larut. Tentu saja suasana seperti ini, orang-orang lebih suka berdiam di rumah. Atau bisa jadi karena mereka takut akan ada perang lagi. Ya, kampung ini memang sedang tidak aman sejak pasukan Arung Palakka memulai perang dengan Balanipa ini dan berhasil masuk me