SUNGAI MANDAR (Dari Mata Air ke Air Mata)

Pernah sekali aku melihatmu keluar dari celah batu, dari ujung-ujung akar, dari bongkahan tanah berpasir, Berjalan pelan, mengalir Terus, terus dan terus menerus Tetes, tetes dan tetesan menetes Rembes dan merembes Mata air Pertama kukenal, ketika lelah tak letih mengikuti Jadilah kau pilihan hatiku ketika peluh meluluh nyaliku, enggan kompromi Pertama kali jua kau mengalir diantara sumsum dan urat nadi Sesekali kau menyapaku lewat pori Aku mengenalmu Begitu dalam Mata air Pernah kuingin membuat danau, Membuat samudera, membuat kondensasi air, membuat hujan, untuk sekedar memberimu ruang untuk aku semakin dekat. Dan dengan halus kau janjikan dan jadikan sungai, laut, danau dan samudera itu tepat ketika aku beranjak dari tempat dimana aku pertama mengalirkanmu ketubuhku. Mata air Kau benar, janjimu pasti dan aku melihat sosok tuhan yang begitu santun menyayangi alam dan makhluk-Nya. Kaukah sifat Tuhan itu, dan dari sifat apa kau dicipta? Sebab aku ada dan dicipta dari sifat Tuhan itu. Jangan-jangan kau adalah aku Tapi, tak mungkin mata air itu aku. Aku adalah mata air, bukan Aku hanya punya air mata Air mata Pertama kukenal ketika kurasakan mata air itu menamat hausku Dan air mata itu keluar ketika syukurku memuncak sebab dahaga yang mencekik itu telah hilang Air mata Aku memang tak lagi bisa menjadi mata air, ketika melihat karyamu diabaikan Danaumu dikeringkan, sungaimu di rusak, samudramu jadi tong sampah Aku ingin menyerapahi mereka, tapi mereka memaki aku Lalu air mata ini mengalir Mencari mata air Menemukan tuhan Lalu Tuhan menyapaku Jangan bersedih, kata-Nya Hapus air matamu, jadilah mata air Agar mereka menjadikan tujuh samudra lagi dari air mata mereka. Air mata, Mata Air Tanah air dan air tanah Adalah Mandar Litaq Mandarku adalah Tanah air ! Sungai Mandar, 28 Juni 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BALA SUJI/LAWA SOJI/WALASOJI

Cerita Rakyat "LA WELLE"

Tafsir Lagu To Pole Dibalitung