Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

DAKAWA Teh Daun Kopi Yang Melegenda.

Gambar
  DAKAWA, Lebih Dari Sekedar Teh. Mari kabarkan kebaikan pada dunia tentang keajaiban dari pegunungan Mamasa.  Bersama produk hasil kurasi produk UMKM yang ketat dari seluruh Indonesia, DAKAWA hadir sebagai satu-satunya produk asal Sulawesi Barat diforum ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) yang mulai berlansung hari ini hingga 31 Maret mendatang. Ini membuktikan jika DAKAWA layak menjadi produk yang ada di setiap rumah masyarakat Sulawesi Barat. #dakawa #daunkopi #daunkawa #kawadaun #kopi #minuman #teh #sehat #tehkekinian #minuman #minumankekinian #oleholehmamasa #mamasa #sulbar #semuasukadakawa #lebihdarisekedarteh #lebihsekedarteh #dakawaku #lebihdarisekedarteh

Tak Ada Belanga, Bambu Pun Jadi

Teringat saat masih bergabung sebagai Pramuka tingkat Penggalang, selalu ada lomba memasak tanpa alat dapur. Sebuah skill yang tentu dibutuhkan dalam keadaan darurat. Namun dugaan saya bahwa memasak tanpa alat dapur merupakan warisan kuno dari leluhur kita.  Salah satu penganan yang lahir dari tradisi itu dan masih kita temukan hari ini adalah lemang. Meskipun isian dari lemang berbeda-beda ramuannya di setiap daerah, namun semua punya tehnik mematangkan makanan yang sama. Yaitu bahan makanan dimasukkan ke dalam bambu yang kemudian dibakar.  Dibeberapa daerah, seringkali beras dicampur dengan daging dan sayuran. Ada juga beras yang diberi santan. Namun dodaq yang khas Mandar, hanya berupa beras ketan yang dicuci lalu dimasukkan ke dalam bambu kemudian dibakar. Makanan ini merupakan makanan spesial bagi orang Mandar dan paling umum akan disajikan pada saat peringatan maulid Nabi Besar Muhammad S.A.W. Pada momen ini biasanya dodaq akan dibuat dalam jumlah yang sangat banyak dan bisa meng

MAKANAN POKOK DARI 5.000 TAHUN LALU, MASIH ADA DI MANDAR.

Gambar
Setaria Italica (Foto: Zul) Jika kamu mengira bahwa beras yang berasal dari padi atau jagung adalah tanaman serealia yang pertama kali menjadi makanan pokok orang Mandar, maka kamu salah. Karena ada tanaman serealia yang jauh sebelumnya telah mengisi perut orang-orang Mandar. Namanya Setaria Italica. Kalian pasti baru tahu nama ini kan??. Dari Tiongkok, Setaria Italica telah masuk di Nisantara sekitar 3.000 tahun silam setelah 2.000 tahun sebelumnya sukses dibudidayakan di sana.  Saya sering melihat budidaya Setaria Italica ditanam di wilayah Palippis (Campalagian) dan Balanipa,. Selain dijadikan kuliner buras, bahan pangan ini juga biasa disuguhkan dalam bentuk bubur yang dicampur gula merah dan santan kelapa. Terakhir kali saya menikmatinya di Kediri, Wonomulyo saat berkunjung ke rumah Muhammad Iqram, teman kuliah saya dan kami disuguhi bubur manis dari tanaman itu. Setaria Italica (Sumber poto Google) Dari informasi yang saya dapat melalui internet, Setaria Italica konon diklaim mer

MANIS DAN GURIHNYA WARISAN PENJAJAH YANG JADI CEMILAN KHAS MANDAR.

Gambar
Bolu Paranggi (Sumber: sulbarkita.com) Perjanjian Bongaya ditandatangani pada 18 November 1667 masehi, ketika aroma mesiu masih pekat menggantung di langit Makassar. Perang Makassar memang belum berhenti total saat itu, masih ada perlawanan-perlawanan sporadis yang dilakukan para pribumi yang setia nan perwira. Dan hari-hari selanjutnya pelabuhan Makassar yang sebelumnya menjadi pelabuhan internasional dan sibuk dengan perdagangan, kini hanya diisi aktifitas kepergian kapal-kapal pedagang luar negeri kecuali VOC. Perjanjian Bongaya memang mengharuskan orang Makassar berdagang hanya dengan pedagang VOC, yang lain harus angkat kaki dari Makassar. Salah satunya kapal dagang terakhir yang bertolak dikesejukan pagi itu adalah kapal Portugis. Jauh sebelum VOC, Portugis sudah lebih dulu berinterkasi dengan orang Sulawesi. Bahkan di pertengahan tahun 1500-an, kira-kira se-zaman dengan pemerintahan I Manyambungi di kerajaan Balanipa, beberapa raja-raja di pulau berbentuk huruf "K" ini

PISANG DI MANDAR, ANTARA INGATAN DAN HARAPAN

Gambar
Tulisan di atas adalah salah satu ungkapan pantun Galigo dikalangan masyarakat Bugis yang alih aksaranya sebagai berikut: GEllang ri wataq majjekko. Anrena mEnrEede. Bali ulu bale. Secara harfiah bisa diartikan: Logam bengkok yang diangkat berarti kail/pancing, dalam bahasa Bugis disebut meng. Makanannya orang Mandar berarti pisang atau dalam loka bahasa Bugis, kebalikan dari kepala ikan yang dimaksudkan adalah ekor dalam bahasa Bugis disebut ikko. Sehingga akan terbaca meloka ri iko/ ᨆᨙᨒᨚᨀ ᨑᨗᨀᨚ   yang berarti "aku mencintaimu". Tapi saya tidak akan membahas pantun ungkapan asmara yang dulu akrab bagi muda-mudi remaja zaman kerajaan dulu itu lebih jauh, saya hanya mengutip baris kedua dari pantun itu sebagai inspirasi tulisan ini yang menunjukkan bahwa orang Mandar pada masa lalu sebelum mengenal pertanian padi, mereka sudah akrab bahkan mungkin telah menjadikan pisang sebagai makanan pokok selain singkong dan jewawut. Semoga ini bisa menjadi bahan pemantik kajian makanan tra

PADI REBUS?

Gambar
Beras Rakangan (Foto: Zulfihadi) Karena kekayaan alam dan keindahannya, Indonesia terkadang disebut sebagai serpihan surga yang jatuh ke bumi. Bukan hanya suku bangsa, bahasa dan adat istiadatnya yang majemuk. Tapi bahan pangan dan kulinernya juga yang bermacam ragam. Sulawesi Barat sebagai bagian dari Indonesia tak ketinggalan memiliki banyak jenis pangan dan kuliner mulai loka sattai, kundo, jepa, kalumpang, nasu kadundung, doda,  serta masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Dan satu yang baru bagi saya adalah pare rakangan. Sudah pernah dengar nama pangan yang satu ini?. Saya yakin, masih banyak yang juga baru mengetahuinya. Saya sendiri baru pertama kali mendapatkan pare rakangan setelah mendapat kiriman dari salah seorang teman yang berasal dari Tutar, tidak lama sebelum tulisan ini dibuat. Pare rakangan adalah bahan pangan berupa beras dari padi yang datangnya dari wilayah perbukitan di timur Sulawesi Barat. Daerah yang juga biasa dikenal sebagai Mandar pegunu