PADI REBUS?

Beras Rakangan
(Foto: Zulfihadi)

Karena kekayaan alam dan keindahannya, Indonesia terkadang disebut sebagai serpihan surga yang jatuh ke bumi. Bukan hanya suku bangsa, bahasa dan adat istiadatnya yang majemuk. Tapi bahan pangan dan kulinernya juga yang bermacam ragam.


Sulawesi Barat sebagai bagian dari Indonesia tak ketinggalan memiliki banyak jenis pangan dan kuliner mulai loka sattai, kundo, jepa, kalumpang, nasu kadundung, doda,  serta masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Dan satu yang baru bagi saya adalah pare rakangan. Sudah pernah dengar nama pangan yang satu ini?. Saya yakin, masih banyak yang juga baru mengetahuinya. Saya sendiri baru pertama kali mendapatkan pare rakangan setelah mendapat kiriman dari salah seorang teman yang berasal dari Tutar, tidak lama sebelum tulisan ini dibuat.


Pare rakangan adalah bahan pangan berupa beras dari padi yang datangnya dari wilayah perbukitan di timur Sulawesi Barat. Daerah yang juga biasa dikenal sebagai Mandar pegunungan, tepatnya kecamatan Tubbi Taramanu, Kab. Polman berlanjut ke timur di dataran tinggi Nosu dan Pana, Kab. Mamasa.

Pare rakangan ini beras bukan sembarangan beras, sebab ada proses pengolahan yang cenderung tidak lazim dilakukan pada jenis padi lain. Dihasilkan dari padi ladang jenis beras merah. Biasanya padi lain setelah panen lansung dijemur lalu digiling hingga jadi beras. Berbeda dengan pare rakangan yang justru setelah dipanen akan melalui proses perebusan. Nah, unik kan !?. Nantilah setelah direbus lalu dijemur dan selanjutnya ditumbuk untuk memisahkan kulit sekamnya. 


Pada umumnya budidaya pare rakangan masih menggunakan cara dan alat tradisional. Buah padi dilepas dari batangnya menggunakan anai-anai yang dalam bahasa daerah disebut raapang (Mandar) atau rakkapEng (Bugis). Raapang berupa pisau kecil bertangkai kayu/bambu yang diselipkan agar tersembunyi di antara jari. Konon alat ini digunakan dengan cara itu guna menghormati Dewi Padi Sang Hyang Sri atau disebut dalam kitab I Lagaligo dengan nama Sangiang Seri.


Bahan pangan ini juga mendapatkan namanya dari proses pasca panen tersebut. Pare dalam bahasa Tutar berarti padi dan rakangan berarti rebus. Jadi pare rakangan jika dibahasa Indonesia-kan berarti padi rebus. Oh, ya. Saat memasak beras pare rakangan ini harus diberikan sedikit ekstra air dibanding memasak beras biasa ya. Karena karakter beras rakangan ini sedikit keras. Begitu tips dari teman yang memberi bahan pangan unik itu ke saya.


Zulfihadi

(Tapango, senja terakhir Sya'ban 1444 H.)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BALA SUJI/LAWA SOJI/WALASOJI

Cerita Rakyat "LA WELLE"

Tafsir Lagu To Pole Dibalitung