PISANG DI MANDAR, ANTARA INGATAN DAN HARAPAN



Tulisan di atas adalah salah satu ungkapan pantun Galigo dikalangan masyarakat Bugis yang alih aksaranya sebagai berikut:

GEllang ri wataq majjekko. Anrena mEnrEede. Bali ulu bale.

Secara harfiah bisa diartikan:

Logam bengkok yang diangkat berarti kail/pancing, dalam bahasa Bugis disebut meng. Makanannya orang Mandar berarti pisang atau dalam loka bahasa Bugis, kebalikan dari kepala ikan yang dimaksudkan adalah ekor dalam bahasa Bugis disebut ikko. Sehingga akan terbaca meloka ri iko/ᨆᨙᨒᨚᨀ ᨑᨗᨀᨚ  yang berarti "aku mencintaimu".

Tapi saya tidak akan membahas pantun ungkapan asmara yang dulu akrab bagi muda-mudi remaja zaman kerajaan dulu itu lebih jauh, saya hanya mengutip baris kedua dari pantun itu sebagai inspirasi tulisan ini yang menunjukkan bahwa orang Mandar pada masa lalu sebelum mengenal pertanian padi, mereka sudah akrab bahkan mungkin telah menjadikan pisang sebagai makanan pokok selain singkong dan jewawut. Semoga ini bisa menjadi bahan pemantik kajian makanan tradisional Mandar ke depannya.

Pisang sebagai salah satu makanan pokok orang Mandar bisa ditemui jejaknya hingga sekarang dengan banyaknya panganan berbahan dasar pisang tidak saja berupa cemilan tapi juga makanan berat. Untuk kelas kudapan ringan bisa kita sebutkan dampoq loka, kambossol, loka janno atau jepa loka, dsb. Sementara untuk makanan berat ada loka sattai, loka toqjaq, loka peapi, lokasari dsb.

Almarhum H. Andi Syaiful Sinrang, seorang penulis, penyair sekaligus veteran perang dari Majene, juga sempat mengabadikan loka pere yang rasanya sangat manis dalam lagu legendaris Wattu Timor Di Pamboang yang diciptakannya bersama HM Abdullah.

Salah satu kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar bahkan bernama  Luyo di mana  luyo merupakan nama lain dari pisang. Dan nama ini telah melekat sebagai nama daerah itu sejak masih menjadi bagian dari kerajaan Pasokorang yang diperkirakan eksis hampir bersamaan dengan zaman keemasan kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Jauh sebelum Balanipa, kerajaan paling tersohor di Mandar berdiri. 

Rasanya dari fakta dan realita di atas, cukuplah bisa menjadi motivasi pemuda dan masyarakat Sulawesi Barat untuk memulai upaya kreatif pengembangan pangan berbasis pisang. Selain memiliki potensi ekonomis juga sebagai upaya membantu pemerintah dalam hal ketahanan pangan, ketenaga kerjaan dan berbagai tantangan menuju masyarakat sejahtera bisa tertangani. Pisang juga diketahui mengandung tinggi kandungan vitamin, mineral dan serat sehingga sangat baik untuk pemenuhan gizi keluarga. Bisa saja nantinya akan muncul loka satta kaleng atau loka pere kaleng yang disajikan di atas meja makan orang-orang Eropa yang dikirim lansung dari Sulawesi Barat.



Zulfihadi

(Tapango, 1 Ramadhan 1444 H.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BALA SUJI/LAWA SOJI/WALASOJI

Cerita Rakyat "LA WELLE"

Tafsir Lagu To Pole Dibalitung