Postingan

LOST (Hilang di tepian sungai Mandar).

Menunggu sesuatu hal yang tak pasti memang membosankan, dan untuk membunuh kebosanan maka terciptalah tulisan singkat ini. Tulisan ini mungkin agak sedikit memalukan, dan entah kenapa hasratku tiba-tiba ingin menulis tentang salah satu fragmen hidupku terkait sebuah kampung yang bernama Tinambung. Tinambung memang tidak begitu akrab dalam hidupku apalagi menjadi tanah kelahiranku. Sebab tuhan dalam keputusan kodratnya memaksa saya untuk lahir disebuah kota kecil yang bernama Wonomulyo, berjarak sekitar kurang lebih 30 Km. dari Tinambung. Tapi kota kecil ini telah menorehkan kenangan yang belum hilang dari ingatanku padahal telah terjadi lebih dari 20 tahun yang lalu. Bermula dari adanya turnamen sepak bola di lapangan GASWON Wonomulyo yang diselenggarakan antara tahun 1985 atau 1986 (sudah agak lupa waktu tepatnya), kakak lelaki saya yang kedua bermaksud untuk menonton. Mengetahui maksud kakak lelaki saya, saya meminta agar diijinkan untuk ikut ke lapangan untuk menonton turna

Ada Kalumpang di Tappalang (Sebuah catatan kecil dari Seminar Tapalang Menggugat)

Kecintaan dan kegelisahan generasi muda Mandar akan seni budaya dan sejarah daerahnya semakin menggeliat. Mengusung tema “ Mengangkat Kembali Sejarah, Budaya dan Seni Tapalang Yang Hilang”, komunitas pemuda Parring Bulahang Art dengan dukungan Komunitas Appeq Jannangang (AJ) dan Dalleq Creative Style (DCS) menyelenggarakan sebuah seminar budaya “Tapalang Menggugat” yang diadakan pada hari Minggu (14/12-2014) bertempat di gedung aula PKK kecamatan Tapalang. Seminar ini dihadiri oleh beberapa tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemerintahan kecamatan Tapalang. Selain itu, seminar ini dihadiri pula oleh perwakilan desa antara lain Oro Batu, Tampalang, Galung, Passaqbu, Takandeang, Tamao, Kasambang, Taang, Limbeng, serta Dayangnginna. Seminar yang berlangsung hingga pukul 14.00 wita ini dihadiri dan dibuka secara resmi oleh Sekertaris kecamatan Tappalang H. Agus Abdullah BS. Hadir pula dalam acara ini pemuda-pemuda dari kabupaten Polewali Mandar dan Majene. Sekitar 20 orang pemud

LAMBANAN DAN SEJUTA KEUNIKAN #4 (Selesai)

Negeri seribu cerita. Sebagai negeri tua, Lambanan tentu tidak lepas dari cerita dan tempat-tempat berbau mistik. Selain dari yang telah disebutkan sebelumnya, Lambanan masih memiliki beberapa tempat dengan ceritanya masing-masing.  Lambusang adalah tempat dimana orang-orang yang baru akan memasuki desa Lambanan harus meletakkan batu kecil. Peletakan batu kecil tersebut dianggap sebagai permohonan izin untuk memasuki perkampungan desa Lambanan, kepada sosok “penjaga” perbatasan. Menurut cerita, sungai yang berada di dekat rumah-rumahan di mana batu tersebut biasanya diletakkan, dihuni oleh sosok wanita cantik yang dulunya berprofesi sebagai penari di kerajaan Balanipa.  Hingga suatu saat, entah bagaimana ceritanya sehingga sang penari tersebut terjatuh ke sungai hingga hanyut dan jenazahnya tidak pernah ditemukan hingga hari ini. Nah konon, arwah wanita penari ini sering menampakkan diri, ia akan mengganggu pelintas yang tidak meletakkan batu. Namun nampaknya kisah ini sud

LAMBANAN DAN SEJUTA KEUNIKAN #3

Gambar
      Melanjutkan tulisan hasil perjalanan ke Lambanan, berikut kami tuliskan keunikan lain dari desa ini. untuk mengetahui keunikan yang lain, anda dapat membaca tulisan kami sebelumnya LAMBANAN DAN SEJUTA KEUNIKAN #1 dan LAMBANAN DAN SEJUTA KEUNIKAN #2              Artefak dan Ritual Peninggalan Tradisi. Sebagai salah satu kampung tua, Lambanan mempunyai beberapa artefak bersejarah yang dimiliki oleh warga setempat. Beberapa yang sempat kami terangkan menurut penjelasan dari kepala desa Lambanan,  diantaranya adalah kitab tulisan tangan dari To Salamaq Annangguru Malolo. Kitab ini masih menggunakan bahan kertas dari India dan ditulis dengan tinta India pula. Tulisan dalam kitab ini menggunakan huruf arab serang berbahasa bugis serta aksara lontara. Meski secara tersamar, namun dari pennjelasan tersebut dapat kami ambil kesimpulan bahwa kitab tersebut berisi pelajaran-pelajaran tasawuf atau tarekat. Ajaran – ajaran inilah yang diturunkan oleh To Salamaq Annangguru Malolo kepa

SAJAK-SAJAK SANG ELANG

===================== Jika cinta ini kau cerabut Penaku takkan menangis Jika hasratku kau hempaskan Kertas usang di depanku takkan bersedih Jika rinduku kau sia kan Baris kata itu takkan bermuntahan Sebab ia tak tertulis dalam anganku Ia terpahat di ujung ketinggian pilar-pilar asa Sudahlah....... Katupkan saja kedua matamu Agar tirtanya tak menganak sungai Jangan tangisi sang elang yang mengabur Sebab kodratnya terbang sendiri Matakali, 0510142306

MANDAR

Zul Elang Biru ======== Jangan tanyakan mandar padaku Sebab yang ku tau Mandar itu sederhana Mandar itu komitmen Mandar itu kontrol diri Mandar itu loyalitas Mandar itu inspirasi Mandar itu motivasi Mandar itu mengalir dalam darah yang menjunjungnya Tumpiling, 06102014.09.35

LAMBANAN DAN SEJUTA KEUNIKAN #2

    Melanjutkan tulisan tentang sejarah desa Lambanan, kali ini kami sajikan sekelumit cerita tentang Mesjid Lambanan yang merupakan mesjid pertama di Mandar.       Mesjid Lambanan. Setelah beberapa lama mengajarkan agama Islam, dan masyarakat pun semakin antusias menerima pengajaran dari To Salamaq Annangguru Malolo. Dibuatlah kemudian sebuah mesjid yang sekiranya akan dijadikan sebagai basis dakwah agama Islam. Mesjid yang dibangun oleh To Salamaq Annangguru Malolo bersama masyarakat inilah yang kemudian diyakini oleh para arkeolog sebagai mesjid pertama di tanah Mandar. Pada masa lalu ketika masyarakat kerajaan Balanipa sudah memeluk Islam secara keseluruhan, maka dipandang perlu untuk membangun sebuah mesjid kerajaan. Dari kesepakatan dewan adat dan masyarakat Balanipa, maka dibangunlah sebuah mesjid di daerah Tangnga-tangnga yang pada waktu itu menjadi ibukota kerajaan. Untuk keperluan itu maka tiang sokoguru (posiq arriang dalam bahasa Mandar) mesjid lama dibawa ke T