Postingan

DUKU, BUAH ENAK BANYAK MANFAAT.

Siapa yang tidak tau langsat, terlebih jika ia orang Sulawesi Barat?. Buah langsat atau duku adalah salah satu buah andalan Sulawesi barat. Buah berbentuk bulat lonjong dengan kulit kekuningan saat memasuki usia matang ini memiliki kandungan air yang tinggi hingga orang yang banyak memakan buah langsat biasanya akan sering buang air kecil apalagi ditambah dengan cuaca dingin . Beberapa daerah sentra penghasil buah duku akan mendadak menjadi ramai oleh penjual buah yang hadir sekali dalam setahun ini. Jika beberapa titik dipinggir jalan trans Sulawesi ramai dengan penjual buah langsat, maka kesibukan juga tak luput melanda bagian pedesaan dimana pohon-pohon langsat ini banyak tumbuh, sebut saja daerah binuang, kecamatan tapango dan lain sebagainya. Kesibukan itu antara lain diwarnai dengan kegiatan pemetikan atau transaksi petani dengan pedagang dari kota, bahkan banyak pula pedagang dari makassar yang datang mencari buah langsat. Dilokasi kebun, harga buah ini tidakla

SOSSORANNA TO KOMBONG DI BURAQ

Bersyukur sekali ka lahir di tanah ini Di sinimi, hutan, sungai, gunung sama laut jadi sodara Moyangku To Kombong di Bura, orang yang meniti ombak Ada lagi moyangku To Ri Jeqneq, orang datang dari air. Ini mi tanah, sossorangnya moyangku yang kayak syurga Gunung Ganda Dewata, sungai Mandar, ingganna na buttu anna lappar Dari Paku sampe Suremana Itumi semua jadi satu mandar Kayak syurga....... Tapi itu dulu. Sekarang, ceh mate tongang ka saya Ributnya itu mesin senso di hutan Kayaknya saja dia mi jadi penguasa rimba Sedikit pi lagi hilang betulan suara penghuni rimba asli Tidak pernahma dengar bunyi rusa melengking Apalagi suara anoa, burung mamuang terlebih kepakan sayap alo Tinggal babi sama burung kecil isinya hutan ta Tambah gondol mi juga gunung-gunung ta Maumi habis pohon besarnya Jati, bitti, eboni sudahmi ditebang Itu gunung yang memang sejak dulu tandus Ditempati tanam bawang mandar yang kasi sah jadinya bau peapi Mulai tomi diti

MENYAMBUT FESTIVAL SUNGAI MANDAR 2-2015

Gambar
Sejak jaman prasejarah, sungai telah mendapat perhatian utama sekaligus menjadi urat nadi kehidupan masyarakat lampau. Demikian eratnya hubungan sungai dengan masyarakat etnis mandar sehingga salah satu kelompok masyarakat waktu itu mengambil nama sungai Mandar menjadi nama komunitasnya yang dikemudian hari dikenal sebagai etnis Mandar yang saat ini dominan menghuni provinsi Sulawesi barat. Setelah ratusan tahun hubungan manusia mandar dengan kehadiran sebuah sungai mengalami pasang surut di mana sungai memberi penghidupan bagi masyarakat agraris maupun nelayan, terkadang sungai menampakkan pula kemarahannya, sebut saja banjir bandang di Petoosang beberapa tahun lalu yang menyebabkan korban jiwa dan korban harta sekian banyak. Meski disadari bahwa hal demikian adalah ulah manusia juga yang terkadang lupa bahwa sungai perlu perhatian setidaknya menjaga pepohonan disekitar bantarannya atau minimal tidak membuang sampahnya di sungai. Berangkat dari kesadaran itulah maka tercetus

KEMAH BUDAYA MANDAR 2014

Minat dan animo pemuda Mandar terhadap budayanya semakin menggeliat, setidaknya itulah yang nampak pada acara KEMAH BUDAYA MANDAR 2014 dengan tema “Refleksi Akhir Tahun Budaya Mandar” yang terselenggara atas kerja sama komunitas Apeq Jannangang dengan Uwake Cultural Foundation. Perhelatan yang terselenggara di pantai Palippis selama dua hari dari Sabtu hingga Minggu, tanggal 27 dan 28 Desember 2014 lalu itu dihadiri oleh beberapa komunitas pemuda yang concern dalam ranah budaya dan kesenian Mandar serta ada juga yang berasal dari komunitas pecinta alam (KPA). Kegiatan diisi dengan beberapa materi dan diskusi yang melibatkan beberapa seniman dan budayawan muda Mandar yang telah menorehkan prestasi terbaik mereka baik ditingkat regional, nasional bahkan internasional. Sebut saja Muhammad Ridwan Alimuddin yang telah berkiprah dibidang kebudayaan maritim mandar hingga ke Brest, Prancis atau Muhammad Ishaq atau dikenal dengan nama Ishaq Jenggot yang juga telah menorehkan prestasinya hingga

LOST (Hilang di tepian sungai Mandar).

Menunggu sesuatu hal yang tak pasti memang membosankan, dan untuk membunuh kebosanan maka terciptalah tulisan singkat ini. Tulisan ini mungkin agak sedikit memalukan, dan entah kenapa hasratku tiba-tiba ingin menulis tentang salah satu fragmen hidupku terkait sebuah kampung yang bernama Tinambung. Tinambung memang tidak begitu akrab dalam hidupku apalagi menjadi tanah kelahiranku. Sebab tuhan dalam keputusan kodratnya memaksa saya untuk lahir disebuah kota kecil yang bernama Wonomulyo, berjarak sekitar kurang lebih 30 Km. dari Tinambung. Tapi kota kecil ini telah menorehkan kenangan yang belum hilang dari ingatanku padahal telah terjadi lebih dari 20 tahun yang lalu. Bermula dari adanya turnamen sepak bola di lapangan GASWON Wonomulyo yang diselenggarakan antara tahun 1985 atau 1986 (sudah agak lupa waktu tepatnya), kakak lelaki saya yang kedua bermaksud untuk menonton. Mengetahui maksud kakak lelaki saya, saya meminta agar diijinkan untuk ikut ke lapangan untuk menonton turna

Ada Kalumpang di Tappalang (Sebuah catatan kecil dari Seminar Tapalang Menggugat)

Kecintaan dan kegelisahan generasi muda Mandar akan seni budaya dan sejarah daerahnya semakin menggeliat. Mengusung tema “ Mengangkat Kembali Sejarah, Budaya dan Seni Tapalang Yang Hilang”, komunitas pemuda Parring Bulahang Art dengan dukungan Komunitas Appeq Jannangang (AJ) dan Dalleq Creative Style (DCS) menyelenggarakan sebuah seminar budaya “Tapalang Menggugat” yang diadakan pada hari Minggu (14/12-2014) bertempat di gedung aula PKK kecamatan Tapalang. Seminar ini dihadiri oleh beberapa tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemerintahan kecamatan Tapalang. Selain itu, seminar ini dihadiri pula oleh perwakilan desa antara lain Oro Batu, Tampalang, Galung, Passaqbu, Takandeang, Tamao, Kasambang, Taang, Limbeng, serta Dayangnginna. Seminar yang berlangsung hingga pukul 14.00 wita ini dihadiri dan dibuka secara resmi oleh Sekertaris kecamatan Tappalang H. Agus Abdullah BS. Hadir pula dalam acara ini pemuda-pemuda dari kabupaten Polewali Mandar dan Majene. Sekitar 20 orang pemud

LAMBANAN DAN SEJUTA KEUNIKAN #4 (Selesai)

Negeri seribu cerita. Sebagai negeri tua, Lambanan tentu tidak lepas dari cerita dan tempat-tempat berbau mistik. Selain dari yang telah disebutkan sebelumnya, Lambanan masih memiliki beberapa tempat dengan ceritanya masing-masing.  Lambusang adalah tempat dimana orang-orang yang baru akan memasuki desa Lambanan harus meletakkan batu kecil. Peletakan batu kecil tersebut dianggap sebagai permohonan izin untuk memasuki perkampungan desa Lambanan, kepada sosok “penjaga” perbatasan. Menurut cerita, sungai yang berada di dekat rumah-rumahan di mana batu tersebut biasanya diletakkan, dihuni oleh sosok wanita cantik yang dulunya berprofesi sebagai penari di kerajaan Balanipa.  Hingga suatu saat, entah bagaimana ceritanya sehingga sang penari tersebut terjatuh ke sungai hingga hanyut dan jenazahnya tidak pernah ditemukan hingga hari ini. Nah konon, arwah wanita penari ini sering menampakkan diri, ia akan mengganggu pelintas yang tidak meletakkan batu. Namun nampaknya kisah ini sud