Postingan

Kritik novel “GADIS PORTUGIS” karya Mappajarungi Manan, penerbit NAJAH Juli 2011.

Gambar
Membaca novel ini membuat kita seolah terbawa keera meredupnya jaman keemasan kerajaan Gowa yang diakibatkan oleh Perang Makassar yang berlangsung mulai tahun 1966 hingga tahun 1969. Penggambaran jalannya peristiwa kehidupan yang dialami oleh Karaeng Caddi dan Ellis Pereira selaku pemeran utama dalam novel ini serta jalannya beberapa peristiwa perang yang terjadi seolah ikut meliuk-liuk mempermainkan rasa dan fikiran dari pembacanya. Namun demikian, sebagai novel berlatar sejarah perang saudara berkepanjangan antara kerajaan Gowa dan kerajaan Bone yang kemudian dicampuri oleh VOC sehingga menjadi salah satu peperangan terberat yang dialami oleh VOC dalam usahanya menguasai kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara, sangat jelas bahwa penulis berdiri difihak Gowa dengan menggambarkan musuh Gowa dalam hal ini Arung Palakka La Tenri Tatta Petta Malampe Gemmeqna To ri Sompae Sultan Saaduddin dan orang-orangnya sebagai manusia biadab, kejam dan tidak berperi kemanusiaan serta pengecut

PERTEMPURAN PERTAMAKU

Malam ini hujan turun dengan deras membasahi tubuhku, dinginnya sampai mencucuk tulang. Terasa jika gerahamku gemetar dan kubayangkan bibirku pasti sudah biru sejak tadikarena dingin. Tapi aku harus kuat, seorang prajurit harus patuh pada perintah panglima dan seorang prajurit yang lalai adalah pangkal dari kehancuran sebuah pasukan. Setidaknya begitulah pesan andong guru pamusuq saat berpidato dalam acara pembukaan latihan prajurit, saat pertama kali aku mengajukan diri menjadi seorang prajurit di bawah pimpinan puang ta I Daeng Riosoq. Dan karena pesan itulah sehingga aku harus menahan dingin dalam menjalankan tugasku malam ini sebagai penjaga perbatasan. Suasana kampung terasa sunyi, padahal malam belum begitu larut. Tentu saja suasana seperti ini, orang-orang lebih suka berdiam di rumah. Atau bisa jadi karena mereka takut akan ada perang lagi. Ya, kampung ini memang sedang tidak aman sejak pasukan Arung Palakka memulai perang dengan Balanipa ini dan berhasil masuk me

DEMI CINTA

Gambar
Menatap jauh ujung cakrawala Masih ada lembayung di ufuk sana Menutup indahnya mentari Mentari muda diawal pagi Saat hati menatap jauh Terantuk hati yang meragu Sungguh..... Hati ini jauh dari prasangkamu kawan Tulus seputih kapas Ingin melihat kuncup itu berkembang Tak terbatas oleh sekat status Tak layu terpanggang mentari Sungguh.... Aku kagum dengan idealismemu Akupun punya...! Meski yang kupunya mungkin lebih kecil Aku bangga dengan usahamu, kawan..... Akupun punya....! Mungkin pun tak seberapa. Sungguh.... Ingin kuteriakkan rasa ini Hingga gunung kan pecah dan laut bergolak Namun aku ragu kau kan yakin Sebab kalbu tak berwujud Tapi sudahlah, kawan...... Demi cinta dan cita Biarlah ego ini hancur Tataqmi tau malewu parriqdiq........ Bendera kita kan tetap terjaga Meski berkibar di tiang rapuh Panji kita kan tetap gagah Sabaq siriq disiolai..... Kappung jawa, 310114

LELAKI SANDEQ

Gambar
Sendiri tapaki gelombang Menantang badai kehidupan Menguak cakrawala bertabir kabut Biru laut pendam rahasia takdir Biru langit gantungkan harapan Dalam kesendirian hati sisakan pilu Terombang ambing serupa sandeq Kerjap mata garang menerawang Intai harap dibalik langit Merengkuh abad yang kian biadab Inilah dia sang lelaki zaman Kepalkan tangan tiada gentar Laksana nahkoda di ujung haluan Mengantar hingga paccong mencium asa ====================== Tumpiling,2208130843. Zulfihadi. Catatan di tahun ke 33

MENYIKAPI BUDAYA SECARA BIJAK

Beberapa tahun belakangan ini, seiring dengan semakin gencar masuknya budaya luar yang masuk ke dalam negeri kita. Dimana akibatnya yang sangat dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung adalah penurunan nilai moral dan etika kesusilaan yang dilakukan berbagai kalangan. Sejak dari rakyat biasa hingga pejabat, dari anak usia sekolah hingga manula yang sudah bau tanah kadang masih saja terlibat dengan perbuatan tak beradab. Entah oleh desakan para budayawan atau karena kesadaran yang lahir dari jiwa para pemangku jabatan pemerintahan, maka penggiatan dan pelestarian budaya seolah menjadi sebuah euforia yang dalam beberapa pelaksanaannya kemudian justru terlepas dari pakem yang seharusnya. Sehingga budaya tradisional yang seharusnya menjadi sumber kearifan lokal justru bisa menjadi hal yang pelaksanaannya dibenci karena dianggap sebuah penindasan. Sebut saja pemecahan rekor MURI untuk pembuatan kain sutera terpanjang beberapa waktu lalu yang dianggap oleh beberapa teman sebag

MERAH PUTIH YANG TERCABIK

Indonesia zamrut khatulistiwa Negeri warisan para raja Wujud dalam sukma merah putih Dekap hangat anak negeri Dari laut terdengar seruannya Di gunung menggema gaungnya Seolah bisikkan sabda Teguh kokohkan negeri ini Perlahan surya sadarkan aku Mungkinkah amanah kan tertunai Sedang aroma angin membawa resah Sungai sampah meliuk membawa sesak Tatap buas serigala asing Siap koyak kandungan ibu pertiwi Kawanan tikus pun tak tinggal diam Berebut harta korup di sudut sudut gudang Di bibir pantai teluk mandar Kuukir tekad di batu karang Sebait pinta kugoreskan Jangan cabik merah putihku Zulfihadi Wonomulyo, 111113.

MANUSIA, SEJARAH DAN BUDAYA MANDAR

Manusia adalah mahkluk sosial yang dalam kehidupannya selalu hidup dalam satu komunitas dimana satu individu memiliki ketergantungan dengan individu lainnya. Dan awal kehidupan manusia sendiri sudah dimulai berabad-abad yang lampau. Dalam setiap aktifitas individu inilah yang sering dinilai oleh individu lain di dalam kelompok, tentang baik dan buruknya. Aktifitas yang menurut mereka baiklah yang kemudian dipraktekkan di dalam kelompok hingga terbentuk sebuah budaya. Apakah budaya itu?. Tiga kata berbeda yg menjadi judul tulisan ini memiliki keterkaitan erat, kenapa saya katakan demikian karena manusia adalah pencipta budaya yang kemudian terekam oleh sejarah untuk kemudian seyogyanya menjadi pedoman dan pengingat dalam berinteraksi di dalam masyarakat. Sehingga dengan demikian, manusia, budaya dan sejarah ini otomatis tidak dapat dipisah dan berdiri sendiri. Budaya menurut arti bahasa terdiri dari dua kata yakni “budi” dan “daya”. Budi adalah moralitas, akhlaq, atau tingkah laku m