CERITA DARI ARENA LOMBA PEMBUATAN KERIS

Pada tanggal 30 Desember 2013 lalu di desa Pamboqborang, kelurahan Baru, kecamatan Banggae, kab. Majene berlangsung sebuah lomba yang cukup unik yaitu lomba pembuatan keris. Pamboqborang memang sudah lama dikenal sebagai sentra pembuatan senjata logam seperti keris, badik atau tombak ataupun juga peralatan pertanian seperti sabit, parang dan sebagainya. Berbekal sebuah pertanyaan yang selalu mengganjal di benak saya tentang nama seni pengetahuan tentang senjata tajam di mandar, saya berusaha hadir dan berinteraksi langsung dengan para pandai besi di desa itu. Untuk kali ini karena lombanya adalah pembuatan keris, maka sedikit akan kita kupas tentang keris.

Dalam lomba ini, panitia membekali peserta yang terdiri dari satu tim pandai besi dengan besi baja seberat 500 gram atau ½ kg. Besi itulah yang harus ditempa dan diolah menjadi sebuah keris berlekuk dengan panjang 30 Cm. atau lebih namun tak boleh kurang dari 30 Cm. dan bahan logam yang disediakan tersebut tidak boleh ditambah atau dicampur dengan logam lain dan harus selesai dalam waktu sehari.

Dalam proses pembuatan keris oleh peserta, logam tadi dipanaskan dan ditempa hingga berbentuk keris kasar. Proses penempaannya dilakukan dengan teknik khusus agar bisa membentuk urat besi yang akan menjadi motif “alami” pada bagian bilah, serta pem”baraq”an. Setelah terbentuk keris kemudian dihaluskan dengan gerinda atau kikir, dalam proses penghalusan ini pula kemudian ditambah dengan memberikan ukiran, “kanuku”, tumba layar, serta pemasangan “kancingan” yg dibuat terpisah dengan keris. Setelah proses penghalusan selesai, keris tersebut kemudian direndam beberapa lama dalam larutan asam. Perendaman atau dikenal dengan istilah “mattombang” ini berfungsi untuk menonjolkan urat besi yang telah terbentuk dari proses penempaan tadi. Perendaman dengan cairan asam ini tidak boleh terlalu lama sebab justru bisa merusak bilah keris.
Sebagaimana di daerah lain, di Mandar juga dikenal dua jenis keris atau gayang yaitu gayang lekkong (keris luk) dan sapukala (keris yang bentuknya lurus). Mengenai kedua jenis keris ini, ada ussul yang sempat kami dengar dari warga di sana bahwa gayang lekkong (keris luk) cocoknya untuk mereka yang memiliki rambut ikal atau keriting. Sedang sapukala cocoknya untuk mereka yang berambut lurus. Namun tak ada keterangan yang saya dapat kenapa mesti seperti itu.
Menurut salah seorang pandai besi yang ikut menjadi peserta dalam lomba ini, bahwa hasil keris yang dilombakan sebenarnya jauh dari hasil sempurna yang bisa dilakukan. Ini terjadi karena kurangnya bahan yang disediakan oleh panitia sehingga pandai besi tidak bisa melakukan penempaan dengan teknik lipat untuk menghasilkan urat besi yang lebih indah. Menurutnya, untuk membuat keris dengan kualitas baik setidaknya dibutuhkan logam baja seberat 2 Kg. serta sempitnya waktu pembuatan. Masih menurut beliau, bahwa para pandai besi jaman dahulu tidak menggunakan cairan asam kimia untuk “mattombang” keris, namun menggunakan cairan asam alami yang berasal dari air perasan jeruk nipis sehingga proses “mattombangnya”pun memakan waktu hingga berbulan-bulan.
Ada beberapa istilah untuk bagian-bagian keris yang ada di Mandar sebagai berikut:
1.Parewa : meliputi kelengkapan keris dari guma dan pulu.
2.Guma : sarung keris / warangka.
3.Pulu : gagang keris
4.Kancingan : bagian yang terdapat diantara pangkal keris dengan gagang.
5.Kanuku : bagian pangkal keris yang dibuat melengkung
6.Tumba layar : ornamen yang dipahatkan pada bagian pangkal keris.
7.Uraq bassi : alur-alur besi yang muncul dipermukaan bilah keris karena proses penempaan.
8.Pammor : guratan terang pada bilah senjata dari logam yang muncul akibat pencampuran dua atau lebih material logam yang berbeda.
9.Baraq : proses pembajaan pada senjata. Biasanya kadar baja pada bagian tepi yang tajam lebih tinggi dari pada bagian tengah, sehingga bagian sisi yang tajam lebih keras.
10.Mattombang : proses perendaman dengan cairan asam untuk membersihkan karat dan menonjolkan urat besi.
11.Ati : bagian keris yang masuk ke dalam pulu, agar pulu dan keris menyatu.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

BALA SUJI/LAWA SOJI/WALASOJI

Tafsir Lagu To Pole Dibalitung

Masihkah kita Mala’bi’ Pau