WTC FROM KAPPUNG JAWA

Berada tepat di jantung kota kecamatan Wonomulyo yang oleh masyarakat dulu lebih dikenal sebagai Kappung Jawa, berdirilah sebuah pasar tradisional yang dinamakan pasar Wonomulyo. Sebuah pasar yang dikenal oleh sebagian kalangan anak muda Wonomulyo pasca tragedi pemboman menara WTC di Amerika, sebagai WTC pula yang merupakan akronim dari Wonomulyo Trade Center. Tentu saja nama ini bukanlah nama resmi. Pasar Wonomulyo memiliki sejarah cukup panjang sebagai salah satu bagian pemuas hasrat berbelanja bagi masyarakat sekitarnya. Dimulai dengan kedatangan rombongan transmigran yang berasal dari Jawa Tengah di Mapilli yang dimulai tahun 1934 (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Wonomulyo,_Polewali_Mandar), maka dua tahun kemudian dibangunlah pasar Wonomulyo. Yang bersamaan dengan pembangunan masjid Merdeka Wonomulyo, Pendopo, alun-alun yang kemudian diberi nama lapangan GASWON dan sebentar lagi akan berubah pula menjadi taman kota. Menurut pengamatan penulis, sampai saat ini “WTC” masih menjadi syurga bagi para pedagang dan pembeli baik mereka yang berasal dari kalangan menengah hingga kalangan bawah. Segala rupa kebutuhan masyarakat tersedia, baik kebutuhan primer sehari-hari maupun kebutuhan sekunder. Pada awalnya, pasar ini hanya melingkupi wilayah yang dibatasi jalan R. Soeparman di sebelah barat, jalan Padi unggul 1 disebelah timur, jalan Jenderal Sudirman di sebelah utara serta sebuah jalan yang penulis tidak tahu apakah merupakan bagian jalan Brawijaya atau bagian jalan Gatot Subroto disebelah utara. Pasar ini kemudian diperluas pada akhir tahun 90an, dengan penambahan di bagian sebelah utara yang sekarang dikenal dengan pasar ikan sebab di salah satu bagian itulah dipusatkan segala urusan jual beli daging-dagingan dari ikan, ayam, maupun daging sapi. Meski masih saja ada pedagang yang nakal dengan menjajakan ikan di bagian pasar lama, dengan cara sembunyi-sembunyi dari petugas pasar tentunya. Untuk para konsumen sayuran maupun pedagang tingkat bawah, ada waktu tersendiri untuk mendapat harga yang relatif murah serta pilihan sayuran yang masih segar yaitu pasar subuh. Pasar subuh ini lokasinya masih di pasar Wonomulyo yaitu dipelataran pasar ikan, dahulu ditahun 1998 penulis sering membawa cabe atau kacang panjang untuk dijual pada pagi buta yaitu sekitar jam 3 dan kegiatan transaksi di sini biasanya berlangsung hingga jam 7 pagi saat toko-toko mulai buka, maka dari itu disebutlah sebagai pasar subuh. Untuk urusan pakaian atau perabot rumah tangga, keragaman model di pasar ini pun tidak terlalu jauh tertinggal dengan model-model ibukota. Ini disebabkan oleh kelancaran transportasi angkutan sehingga para pedagang biasanya mengambil barang langsung dari pusat penjualan konveksi dan pecah belah di pulau jawa seperti Jakarta, Bandung atau Surabaya. Aktifitas perdagangan di Wonomulyo belakangan semakin diramaikan pula oleh hadirnya pasar modern model mini/super market. Disinilah sebagian mereka yang berasal dari kalangan berduit atau mereka yang sekedar mengejar gengsi berbelanja. Selain dari keragaman jenis barang dan tempat pertemuan para pelaku usaha dari berbagai etnis dan daerah, ada sebuah fenomena yang kurang enak menurut saya meskipun barangkali itu adalah ekses dari ramainya sebuah kota yakni kesemrawutan tata ankutan dan lalu lintas yang persis berada disatiap sisi lokasi pasar ini. Coba saja berkunjung pada hari Minggu atau Rabu pagi, dimana kedua hari ini adalah hari pasaran di pasar ini dan lihatlah kemacetan di jalan R. Soeparman atau jalan Padi unggul yang ada disisi Barat dan Timur, atau jalan yang ada di sisi Utara pasti akan terlihat kemacetan yang kadang menaikkan tensi emosi. Belum lagi mobil-mobil kanvas yang seenaknya parkir dan menurunkan barang di jalan padi Unggul semakin memperparah kemacetan. Semoga Wonomulyo sebagai pilar ekonomi utama di kabupaten Polewali Mandar kedepannya bisa semakin maju namun tidak melupakan akarnya sebagai pasar tradisional, tempat rakyat kecil mencari sesuap nasi. Dan kemajuan itu seiring dengan ketertiban para pelaku pasar dan pengguna jalan disekitar WTC yang tercinta.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BALA SUJI/LAWA SOJI/WALASOJI

Tafsir Lagu To Pole Dibalitung

Masihkah kita Mala’bi’ Pau