
Celebess adalah blogspot yang berisi informasi unik sekitar sejarah dan budaya masyarakat Sulawesi
02/08/2016
Download aplikasi android Lontar Digital v.2.2.0

04/07/2016
KOPI. DARI MINUMAN, OBAT HINGGA PERANG
Siapa yang hari ini tidak
mengenal kopi, minuman sejuta umat. Ia menjadi minuman sejak dari kelas rakyat jelata di teras gubug hingga ke
resto-resto terkenal yang disambangi oleh kaum jet set. Jika anda berfikir
bahwa kopi baru terkenal belakangan setelah Dee menulis sebuah novel berjudul
Philosofi Kopi, atau setelah usaha warkop dan cafe menjamur bagai cendawan
dimusim hujan, maka anda keliru.
Kopi memang sudah menorehkan sejarahnya bahkan jauh sebelum kita yang bernafas hari ini belumlah berupa orok. Sejarah kopi telah menapaki perjalanan panjang kesejarahan dalam peradaban manusia, terkadang kisahnya sepahit rasa seduhan bijinya, terkadang pula semanis daging buahnya. Kopi sebagai salah satu komoditi potensial pada masa pemerintahan VOC telah memberikan keuntungan besar bagi mereka, sementara di sisi lain justru menyebabkan penderitaan masyarakat di nusantara melalui penerapan cultivation cultuur stelseel.
Kopi memang sudah menorehkan sejarahnya bahkan jauh sebelum kita yang bernafas hari ini belumlah berupa orok. Sejarah kopi telah menapaki perjalanan panjang kesejarahan dalam peradaban manusia, terkadang kisahnya sepahit rasa seduhan bijinya, terkadang pula semanis daging buahnya. Kopi sebagai salah satu komoditi potensial pada masa pemerintahan VOC telah memberikan keuntungan besar bagi mereka, sementara di sisi lain justru menyebabkan penderitaan masyarakat di nusantara melalui penerapan cultivation cultuur stelseel.
Efek keberadaan kopi di Mandar juga mebawa perubahan luar biasa dari satu segi. Kalau kita mengkaji sejarah, maka kita akan menemukan bahwa
kopi telah menjadi pencetus utama hingga kemudian orang Mandar mengenal dan
menggunakan sokkoq biring sebagai penutup kepala pakaian adat resmi masyarakat
Mandar khususnya kaum bangsawan lelakinya (penutup kepala yang lain untuk
laki-laki adalah destar atau passapu, ada juga yang menyebutnya tombo paduang).
Maka tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa dengan panjangnya sejarah
perkopian dengan berbagai peristiwa yang mengiringinya kopi telah membentuk
pula lahirnya sebuah kebudayaan luhur anak bangsa ini.
Selain Aceh atau Bandung, Tana
Toraja di Sulawesi juga cukup terkenal di dunia sebagai penghasil kopi yang
berkualitas bahkan menurut sebuah informasi bahwa kini kopi Toraja menduduki
peringkat kelima sebagai kopi paling enak sedunia. Sementara untuk daerah Sulawesi bagian barat,
penghasil kopi yang cukup dikenal bahkan sampai di Eropa adalah kabupaten
Mamasa dengan luas areal 23.419 ha.
Masuknya kopi di Nusantara.
Bersumber dari sebuah blog
menyebutkan bahwa kopi pertama kali didatangkan ke Batavia (sekarang bernama
Jakarta) adalah jenis arabika yang dibawa oleh komandan pasukan VOC bernama
Adnan Van Ommen dari Malabar pada tahun 1696. Sayangnya tanaman-tanaman itu
kemudian musnah oleh peristiwa banjir hingga pada tahun 1699, didatangkan lagi
bibit-bibit tanaman baru. Pada awal-awal tahun 1700-an itulah kopi sebagai
komoditi dagang benar-benar mencapai puncak keemasan. Bagaimana tidak, pada
masa itu kopi dihargai sampai 3 guilder perkilogramnya yang jika dikurskan ke
dalam rupiah pada masa sekarang sama dengan 100 US dollar perkilogram atau setara
Rp. 1.300.000/kg. Sungguh suatu harga yang luar biasa, hal ini menyebabkan
hanya kalangan-kalangan konglomerat kaya saja yang dapat menikmati secangkir
kopi. Harga selangit ini terus bertahan hingga memasuki akhir abad XVIII harga
kopi kemudian jatuh dengan drastis hanya 0,6 guilder/kg. sehingga kopi kemudian
bisa dinikmati oleh kalangan yang lebih luas.
Sekitar akhir abad XIX kejayaan
kopi arabika mengalami kemunduran hebat oleh adanya serangan hama karat daun
yang diduga masuk ke nusantara pada tahun 1876 yang menyebabkan keberadaan
perkebunan kopi nusantara nyaris musnah. Hanya perkebunan-perkebunan kopi yang
berada di ketinggian 1000 mdpl. saja yang masih mampu bertahan dari hama ini.
Lalu kemudian pemerintah Belanda mendatangkan lagi kopi varietas lain yakni
liberika. Kopi jenis liberika ini rupanya juga tidak memiliki daya tahan yang
lebih baik dari jenis arabika. Selain itu kopi jenis ini tidak mendapat
sambutan yang begitu hangat di pasaran mengingat rasanya yang lebih asam. Untuk
mengatasi permasalahan ini, kembali didatangkan jenis kopi baru yaitu jenis
robusta. Jenis ini rupanya lebih tahan penyakit dan perawatannya relatif lebih
mudah serta rasanya yang bisa diterima oleh kebanyakan konsumen kopi.
Selain sumber informasi mengenai
awal keberadaan sejarah masuknya kopi di Tana Toraja seperti disebutkan
sebelumnya, ada pula informasi yang datang dari Tempo.co.id yang menyebut bahwa
kopi dibawa oleh para pedagang Arab pada abad XIV. Hal ini mungkin cukup bisa
diterima mengingat orang Toraja menyebut kopi dengan kawaq (kawa’), sangat
mirip dengan sebutan orang Arab untuk objek yang sama yakni kahwa. Seorang
teman penulis yang orang Toraja juga sempat membagi informasi bahwa salah
seorang kakeknya pernah menyebutkan jika orang Toraja sudah mengenal kopi jauh
sebelum kedatangan orang Eropa di Tana Toraja.
Demikianlah sekilas sejarah kopi di Sulawesi, mengenai manfaatnya selain sebagai minuman serta bagaimana pengolahan pasca panen akan kita bahas dalam tulisan Kopi. Dari Minuman, Obat Hingga Perang #2.
08/04/2016
SEPAK TERJANG 710 DI TULUNG AGUNG
Andi Selle. Mungkin banyak yang tidak kenal dengan sosoknya, namun mantan komandan tentara 710 ini menjadi terkenal setelah memimpin anak bahnya melakukan pemberontakan terhadap pemerintah resmi Republik Indonesia. Sebagian orang menyebut bahwa pemberontakan 710 pimpinan Andi Selle merupakan sebuah aksi protes atas ketidak adilan pemerintah waktu itu yang bermaksud untuk merasionalisasi tentara nasional.
Terlepas dari latar belakang yang menyebabkan terjadinya pemberontakan, namun yang pasti bahwa sisa-sisa kekejaman 710 masih terekam di dalam memori sebagian masyarakat khususnya di Polewali Mandar yang sempat mengalami masa suram itu.
Hampir serupa di daerah lain di Polewali Mandar, masyarakat desa Sumberjo yang berada di kecamatan Wonomulyo kabupaten Polewali Mandar juga mengalami suasana yang mencekam. Seperti yang dialami oleh Sorok Martonadi (80 tahun), warga dusun Tulung Agung, desa Sumberjo.
Dalam ingatannya bahwa kejadian itu terjadi sekitar tahun 1963 atau 1964 (ia tak begitu ingat lagi tahun persisnya), saat ia berumur 27 tahun.
Dengan suara sengau karena tak satupun lagi gigi yang bertengger di dalam mulutnya, ia bercerita tentang bagaimana 710 masuk ke kampung melakukan perampokan dan penculikan. Jika mereka melihat ayam atau kambing, maka mereka akan menyuruh pemiliknya untuk menangkap untuk mereka bawa, jika tidak maka mereka akan menangkapnya sendiri. Tentara 710 juga menurutnya sangat suka dengan ayam trondol atau manu kalondo dalam bahasa Mandar, entah apa alasannya.
Pernah sekali waktu seorang tentara datang ke Tulung Agung, di sana ia bertemu dengan seorang gadis yang kemudian diperkosa oleh si serdadu. Oleh keluarga si gadis, tentara itu kemudian dikejar. Ia ternyata lari ke markasnya dan memanggil beberapa kawan serdadunya. Dengan menenteng senjata, ia dan kawan-kawannya kembali ke dusun itu dan menembak orang-orang yang tadi mengejarnya. Tujuh orang penduduk desa keluarga gadis korban perkosaan itu yang terpaksa meregang nyawa ditembak oleh para serdadu 710.
Tentara 710 pimpinan Andi Selle bukan hanya sekedar menyatroni perkampungan, tapi juga diketahui sering melakukan pengadangan. Lokasi utama mereka melakukan pengadangan adalah pertigaan Labasang (jalur Wonomulyo – Polewali – Tonro Lima).
Perampokan, penculikan dan pemerkosaan para anggota 710 waktu itu diperparah lagi dengan adanya upeti berkedok sumbangan yang dibebankan kepada setiap kepala keluarga sebesar Rp.2500 / bulan. Sebagai perbandingan untu menilai mata uang waktu itu, tahun 1990an penulis masih bisa membeli sepiring nasi kuning dengan harga Rp.25. Sehingga bisa dibayangkan bahwa jumlah Rp.2500 yang harus dibayar sebagai upeti waktu itu sangat mencekik warga masyarakat.
Selain 710, keadaan diperkeruh pula dengan munculnya gerombolan-gerombolan liar yang lebih dikenal dengan sebutan Gurilla. Kelompok-kelompok liar bersenjata ini juga melakukan perampokan, penculikan dan pemerkosaan. Penculikan mereka lakukan untuk dijadikan sebagai pekerja paksa atau bahkan dijual. Termasuk teman Sorok yang bernama Kabul dan Kusman yang keduanya merupakan warga Sugihwaras diculik dan hingga kini tak diketahui nasibnya.
Satu catatan, bahwa untuk meminimalisasi gangguan para serdadu 710 maupun tentara Gurilla. Warga terpaksa menikahkan anak-anak gadisnya sedini mungkin agar tidak menjadi korban pemerkosaan. Sorok juga sempat mengisahkan bahwa dulu, tidak jauh dari rumahnya pernah tumbuh sebatang pohon kayu putih yang tinggi menjulang hingga ujung pohonnya dapat terlihat dari arah WTC (Wonomulyo Trade Centre) alias pasar induk Wonomulyo. Namun belasan tahun lalu, pohon tersebut sudah tumbang. Pohon itu menurutnya adalah saksi bisu akan sejarah dusunnya yang penuh suka dan duka. Ia hanya berharap agar sejarah kelam yang pernah ia dan kampungnya alami menjadi sebuah pembelajaran berharga oleh generasi selanjutnya agar tidak pernah terulang lagi. Ucapnya mengakhiri obrolan kami pada hari Jum’at, 1 April 2016.
12/12/2015
Pengobatan tradisional orang Bugis yang diilhami oleh ajaran leluhur dan termaktub dalam Lontarak Bone ini mengajarkan bahwa segala penyakit dapat disembuhkan dari beragam ramuan dari alam.
1. Pendahuluan
Selain dari Lontarak Wajo, pengetahuan leluhur Bugis tentang pengobatan tradisonal juga diilhami dari lontarak Bone. Hingga kini, lontarak Bone masih terjaga dengan rapi, bahkan sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Di pedesaan Sulawesi Selatan, pengetahuan ini masih dipraktekkan dan menjadi bukti bahwa orang Bugis masih menghormati tradisi leluhur (Syarifudin Kulle, dkk., 2010).
Pengobatan tradisional leluhur Bugis berdasarkan lontakan Bone ini juga didasarkan pada pemahaman terhadap tumbuhtumbuhan alam yang ada di lingkungan sekitar, filsosofi yang
diajarkan dalam kebudayaan mereka, serta ajaran Islam. Salah satu filosofi yang dipegang tehuh adalah bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya yang disediakan oleh Tuhan di alam semesta (Abdul Hamid, 2008).
2. Konsepsi Penyakit dan Pengobatan Tradisional Bugis dari Lontarak Bone Pengobatan tradisional orang Bugis tercermin dari klasifikasi penyakit dan ramuan obatnya yang didasarkan pada ajaran leluhur dalam Lontarak Bone. Berikut adalah penjelasannya:
Nama Penyakit Ragam Penyakit Pengobatan
A Penyakit kepala
1 Sakit kepala Kayumanis ditumbuk halus, campur dengan air sedikit, lalu ditempel pada kepala yang sakit. Atau daun buni digiling bersama bawang merah, lalu tempelkan pada kepala yang sakit.
2 Sakit puru puru di kepala
Mira dibasahi lalu disapukan pada kulit yang terserang purupuru,
atau ditumbuk hingga halus, lalu dibubuhkan pada kepala yang
terkena purupuru.
3 Sakit kepala disertai panas badan
Lengkuas hitam dan bubuk abu halus ditempelkan pada kepala yang sakit
B Penyakit mata
1 Sakit mata Pucuk kapuk dicampur air, masak namun tidak terlalu mendidih, lalu sapukan pada mata yang sakit. Tawas digosokgosokkan pada besi berkarat, campur dengan air jeruk nipis, lalu sapukan pada pinggir mata yang sakit. Atau daun asam Jawa dicampur dengan jintan putih digiling, beri air sedikit, lalu sapukan di pinggir mata yang sakit.
Atau ambil putih telur ayam dan sedikit kuningnya, campurkan,
bungkus dengan kapas, lalu teteskan pada mata. Atau setiap pagi teteskan embun yang ada di daun pisang.
2 Mata merah
Prusi ditumbuk sampai halus, campur dengan air jeruk, lalu sapukan pada mata
3 Mata berdarah
Campur air perasan belimbing manis dengan tawas, lalu teteskan
pada mata yang berdarah
4 Mata kabur
Haluskan kayu manis dan gula bersamaan, lalu gosokkan di pinggir mata
5 Mata kotor
Suir-suir daun benaga, campur dengan air putih, panaskan namun jangan sampai mendidih, lalu sapukan pada mata. Atau tumbuk daun kelor, campur dengan sedikit air, lalu teteskan pada mata. Atau tumbuk daun pacar, campur dengan air, lalu teteskan pada mata. Atau campurkan buah lontar muda dengan air, lalu teteskan pada mata. Giling cabe hingga ke luar airnya, lalu teteskan airnya pada mata.
C Penyakit hidung
1 Hidung berlendir Campurkan air dengan daun sirih dan tembakau gambir dan asam Jawa, lalu minum dan oleskan pada hidung. Atau campur kunyit dengan mentega, lalu sapukan pada hidung. Atau tumbuk halus jadam, jahe, dan merica, campur dengan air, lalu teteskan pada hidung. Atau jahe, jintan hitam, dan jadam dicampur, tambah air, lalu teteskan pada hidung. Atau haluskan cengkeh, lalu bubuhkan pada hidung. Atau campurkan jintan putih dan asam cuka dengan minyak zaitun, lalu teteskan pada hidung.
2 Hidung pilek karena angin
Jahe direndam dalam madu, lalu sapukan pada hidung. Atau tumbuk merica dan anggur hingga halus, lalu sapukan pada hidung. Atau kayu manis, lengkuas, dan jahe ditumbuk halus, campur, lalu hirup. Atau tumbuk lengkuas hingga halus, campur air, lalu teteskan pada hidung. Atau haluskan jahe, campur minyak wijen, hangatkan, lalu sapukan pada hidung. Atau menyan Arab dan kunyit dicampur dengan garam, lalu sapukan pada hidung. Atau buah anis dikunyah, lalu airnya ditelan. Atau campur daun pepaya dengan air sedikit, remasremas, lalu sapukan pada hidung. Atau bawang putih ditumbuk halus, campur dengan madu, lalu minum setiap pagi.
D Penyakit mulut
1 Mulut sariawan Wijen digoreng tanpa minyak hingga matang, campur dengan minyak kelapa, lalu sapukan pada sariawan.
2 Mulut lukaluka Bawang merah dan pucuk daun manis digiling, campur air, lalu oleskan pada mulut.
3 Mulut purupuru (cacar/gatal)
Majakan dan asam cuka dicampur, gunakan untuk kumur, lalu
muntahkan. Atau kunyah rumput babi hingga lumat, lalu muntahkan.
4 Mulut bengkak
Mira dan asam cuka dicampur, gunakan kumur, lalu muntahkan.
Atau kumur dengan jadam dicampur asam cuka, muntahkan.
5 Mulut bau
Asam cuka, madu, mira dicampur, gunakan kumurkumur, lalu
muntahkan.
6 Mulut luka
Kunyit, air, daging kelapa muda, bawang merah, daun kacang iris, daun manis rendam dalam air beberapa saat, lalu gunakan untuk mandi.
7 Sakit gusi
Oleskan getah jarak pagar pada gusi.
8 Sakit gigi (berlubang)
Kerik batang kayu Jawa, lalu bubuhkan pada gigi.
9 Gigi kotor (memutihkan gigi)
Bakar lidi hingga menjadi arang, haluskan, lalu gosokkan pada gigi.
10 Lidah sariawan
Tumbuk halus kunyit, lalu gosokkan pada lidah yang sariawan.
11 Lidah bengkak Madu dan asam cuka dicampur, kumurkumur beberapa lama, lalu muntahkan. Atau campur jadam dengan asam cuka, kumurkumur, lalu muntahkan. Atau campur asam cuka, mira, dan madu, gunakan kumur kumur, muntahkan.
E Penyakit dalam
1 Sakit batuk Minum air bangle setiap hari. Atau campur garam dengan tebu, tambahkan air sedikit, lalu minum. Atau masak gula merah hingga mencair, minum dan setelahnya tidak minum air putih hingga waktu tertentu. Atau masak daun kayu kandeka, lalu minum. Atau teteskan air jeruk pada kapur basah, lalu sapukan pada dada. Daun kemuning, jahe, kacakaca, kelapa, menyan Arab, dan majamuju dicampur, beri air, lalu minum. Atau bangle dan menyan Arab dimasak hingga mencair, masukkan jintan hitam yang sudah digoreng, jahe kering, dan merica, aduk hingga mengental, dinginkan, bentuklah bulatbulat kecil, lalu makan setiap pagi dan ketika hendak tidur. Atau masak mengkudu, lalu makan dengan garam.
2 Muntah muntah
Daun karang iris dan bawang merah diremasremas hingga lembut, beri air, lali diminum. Atau minum minyak wijen atau susu. Atau klabet dimasak hingga mendidih, ganti airnya, taruhkan tepung gandum, susu sapi, gula pasir, aduk, tambahkan minyak wijen, lalu minum pagi dan sore. Atau makan mentega dan anggur saat pagi. Atau campur sirih dan gula, beri air, lalu minum.
3 Asma
Kecubung, humus, kulit radap, kencur, dan dringgo ditumbuk halus, tambahkan air, lalu minum. Atau buah maja diperas agar getahnya keluar, asapi, sapukan pada badan. Atau keringkan bunga kecubung, bungkus dengan daung jagung kering, lalu hisap saat asma kambuh. Bangle dicampur dengan jintan hitam dan bawang putih, beri air, lalu diminum. Atau daun larawani dibalurkan pada badan anak yang sakit asma.
4 Sakit perut
Opium dimakan atau dicampur air panas, lalu diminum. Atau
cengkeh dan menyan Arab dicampur, beri air, lalu diminum. Atau
jahe dicampur gula atau air, lalu dimakan. Atau jintan putih dan
jintan hitam ditumbuk hingga halus, tambah air secukupnya, lalu
diminum. Atau kayu manis dan menyan Arab ditumbuk halus,
campur minyak wijen, lalu diminum. Atau kapur, kulit bidara laut,
dan kulit lita ditumbuk halus, tambahkan air, diminum. Atau daun
kelor dimasak, airnya diminum. Atau pucuk pohon jarak pagar
dicampur kapur dan bawang merah, remasremas sampai lumat,
lalu balurkan pada perut. Atau panaskan daun jarak tapi tidak terlalu panas, campur minyak zaitun, remasremas, lalu balurkan pada perut.
5 Untuk pencuci perut
Sawo manila dimasak hingga mendidih, lalu airnya diminum.
6 Cacingan Lumatkan daun kelor yang dicampur dengan kapur, lalu balurkan pada perut.
7 Muntah muntah karena haid
Lumatkan daun beluntas, tambahkan air matang, campur asam dan garam, lalu minum pagi dan sore.
8 Berakberak (mencret)
Pucuk jambu biji dimasak hingga mendidih, lalu airnya diminum.
Atau pucuk daun pepaya dan bawang merah dimasak hingga
mendidih, airnya diminum. Atau minum air kelapa muda. Atau kulit
buah jamblang ditumbuk, campur air matang, lalu airnya diminum.
Atau minum susu yang asam. Atau majakan ditumbuk halus,
tambahkan air, lalu diminum. Atau jintan putih dihaluskan, tambah
asam cuka, lalu diminum. Atau batu asam ditumbuk halus,
tambahkan air, lalu diminum.
9 Usus bengkak
Susu dan madu disimpan selama 3 hari, lalu diminum.
10 Sakit pada limpa
Campurkan kotoran kambing dengan asam cuka, lalu tempelkan
pada limpa. Atau kumakuma dihaluskan, campur air, lalu diminum. Atau merica dihaluskan, tambahkan asam cuka, lalu tempelkan pada limpa.
11 Limpa turun
Batu pare dikupas kulitnya, masak dengan air, lalu diminum.
12 Berak darah
Mustaka dan mentega dihangatkan, lalu diminum pagi dan sore. Atau kayu cendana dihaluskan, campur air, lalu diminum.
13 Sembelit
Tepung gandum, klabet, mentega dan air dimasak, lalu minum saat panas sesering mungkin.
Miskram Majakan dimasak hingga airnya tinggal setengah, lalu minum sesering mungkin atau disapukan pada perut. Atau cendawan diirisiris, campur dengan jintan hitam, masak hingga airnya tinggal setengah, lalu minum atau sapukan pada perut saat pagi dan sore. Atau kesumba dan lempuyang ditumbuk, campur air, lalu minum saat pagi. Atau masak asam dibungkus kain, dibakar dan airnya diambil, campur dengan air dempa, panaskan hingga mendidih, lalu minum selama tiga hari saat pagi. Atau mericda , jintan hitam, kecubung, dan opium dicampur, basahi dengan madu, lalu dimakan atau disapukan pada perut.
F Penyakit luar
1Panu
Daun jeruk dan bawang merah digiling, sapukan pada kulit yang
terkena panu. Atau lengkuas merah ditumbuk, campur air, lalu
sapukan pada kulit yang terkena panu.
2 Koreng
Tempurung kelap dibakar, lalu sapukan pada koreng saat hangat. Atau kunyit diiris tipistipis, tempelkan pada koreng hingga kulit berwarna merah.
3 Eksim
Kunyit, kayu kamu, dan rumbia ditumbuk halus, lalu semburkan pada kulit yang eksim. Atau sisik arang, campur dengan kunyit, tumbuk halus, lalu semburkan pada eksim. Tempurung kelapa dibakar hingga hangus, tutup dengan tempurung besar yang dlubangi, letakkan pisau di atas lubang hingga basah karena asap, lalu tempelkan pisau pada eksim.
4 Puru puru(cacar)
Pinang tua dan bubuk halus dari sabut kelapa dikunyah bersama
dengan sirih sampai lumat, lalu semburkan pada purupuru. Atau
daun delima digiling halus, kucuri air jeruk nipis, lalu oleskan pada
purupuru. Atau ikan diasapi, dikerikdikerik, campur asam cuka,
dringo, dan bawang merah, kunyah bersama sirih dan kapur sampai lumat, lalu semburkan pada purupuru. Atau getah ulatulat campur dengan santan kental, hangatkan, lalu sapukan pada purupuru. Atau daun kemiri yang gugur dan pepang dibakar, abunya diambil dan tambahkan air, lalu sapukan pada purupuru. Atau kulit jeruk yang kering dibakar sampai hangus, lalu gosokkan pada purupuru. Atau jadam campur dengan asam cuka, tambahkan jintan hitam yang telah dihalsukan dengan minyak zaitun, lalu sapukan pada puru puru.
5 Kulit memerah
Pucuk sukun dimasak, airnya diminum. Atau abu dapur direndam, didiamkan, lalu sapukan pada kulit yang memerah. Atau undur undur campur dengan bawang merah, lalu gosokkan pada kulit yang memerah. Atau susu campur dengan gula pasir, dipanaskan, lalu diminum. Atau asam campur dengan gula pasir, beri sedikit air, lalu minum. Atau minum air rumput babi. Atau kotoran besi ditumbuk halus, dicuci bersih, beri gula pasir, air, dan merica halus, lalu minum. Atau daun kembang pula disiram air panas, lalu diminum. Atau daun jarajeng diremasremas hingga lumat, lalu sapukan pada kulit.
6 Jerawat
Pucuk kapas dicampur dengan bawang merah ditumbuk halus,
hangatkan, lalu sapukan pada jerawat. Atau gali tanah hingga
sebatas tangan, lalu sapukan tanah pada jerawat. Atau daun arakang dicampur dengan bawang merah remasremas sampai lumat, lalu sapukan pada jerawat. Atau haluskan kayu manis, campur dengan madu, lalu tempelkan pada jerawat. Atau campur minyak wijen dengan belimbing, lalu sapukan. Atau campur air buah delima dengan asam cuka, lalu sapukan. Atau haluskan bawang putih, campur garam dan minyak zaitun, lalu sapukan. Atau campur rumput babi dengan asam, lalu sapukan berulangulang. Atau tumbuk jintan hitam, beri madu, lalu sapukan pada jerawat.
G Penyakit panas
1 Demam
Pisang muda diparut, lalu tempelkan pada kepala. Atau tawak digiling halus, lalu tempelkan pada kepala. Atau campur air rumput babi dengan gula pasir, lalu minum. Atau saat pagi minum minyak labu. Masak minyak wijen dan minyak pacar hingga airnya habis, campur, lalu diminum. Atau campurkan asam, gula pasir, dan jalawe, lalu makan saat pagi atau ketika akan tidur. Atau giling pucuk jambu, siram dengan air panas, lalu minum. Atau campur air pencuci beras yang pertama dengan kemiri, lalu diminum.
2 Panas badan
Pisang diparut lalu tempelkan pada kepala yang sakit.
3 Tidak enak badan
Tempelkan kotoran buah maja pada kepala orang tidak enak badan.
H Penyakit luka luka
1 Luka baru
Teteskan air anak pisang batu pada luka baru. Atau kerik kulit waru Jawa, tempelkan pada luka. Atau remasremas daun iler sampai lumat, lalu teteskan airnya pada luka. Atau pukulpukul kulit kayu Jawa hingga keluar airnya, lalu teteskan pada luka. Atau teteskan air dari batang anak pisang pada luka.
2 Luka iris atau digigit binatang berbisa.
Potong ujung batang pisang yang baru dipetik buahnya, ambil bagian dalamnya, tumbuk hingga keluar airnya, lalu ampasnya tempelkan
pada luka.
3 Bengkak karena luka
Tumbuk kayu manis dan bawang merah, beri sedikit air, lalu
gosokkan pada bagian yang bengkak. Atau giling daun jeruk hinggahalus, tempelkan pada yang bengkak. Atau giling daun sidaguri, tempelkan pada yang bengkak. Atau tumbuk labu hingga lembek, remasremas, tempelkan pada yang bengkak.
I Penyakit-penyakit lainnya
1 Sakit pinggang
Campurkan air bawang putih atau merah dengan garam, haluskan, lalu gosokkan pada pinggang. Atau minum sedikit minyak zaitun dan juga sapukan pada pinggang yang sakit. Atau campur inggu dengan jintan hitam, haluskan, beri madu, lalu gosokkan. Atau sapukan kemiri pada pinggang berulang ulang. Atau campur ramuan sirih dan kulit jarak pagar, tumbuk halus, lalu gosokkan pada pinggang.
2 Ngilu badan (encok)
Tumbuk halus daun kecubung, beri kapur sirih, lalu gosokkan. Atauperas urat pepaya yang dicampur air, beri garam sedikit, minumsaat sore.
3 Salah urat
Tumbuk halus daun kemangi, beri garam sedikit, bungkus dengan daun pisang, panaskan, lalu remasremaskan pada bagian salah urat.
4 Ingin menguatkan tubuh dan meningkatkan gairah seksual
Tumbuk lengkuas, peras airnya, campur dengan telur ayam, air jeruk nipis, kecap, kopi yang ditumbuk halus, madu, dan merica, lalu minum saat hendak tidur.
5 Menghilangkan rasa sakit saat melahirkan
Parut temulawak, beri minyak kelapa, aduk-aduk, lalu diminum.
6 Melancarkan air susu perempuan dan menghilangkan
bau perempuan sehabis melahirkan
Sangrai biji ketumbar, lalu dimakan.
7 Melancarkan persalinan
Masak biji bunga sirih dengan merica, adukaduk keduany, lalu
dimakan.
8 Menambah darah
Minum air kunyi bersama dengan telur ayam
9 Sakit pada buah dada
Irisiris daun sambiloto, daun benalu, urat rumput jarum, dan kunyit, keringkan, goreng tanpa minyak, tumbuk halus, beri air secukupnya, lalu diminum.
10 Memperlancar kencing
Haluskan menyan Arab, campur dengan air dingin, lalu minum
selama 3 atau 7 hari. Atau masak smapai mendidih jintan putih,
kayu manis, madu dan bawang putih, lalu minum berulangulang.
11 Saluran kencing tersumbat
Biji labu dicampur mentega, lalu dimakan.
12 Kencing batu
Daun tapak liman dimasak hingga airnya setengah, lalu minum saat pagi.
13 Kencing berwarna merah
Daun jambu berwarna kuning dimasak sebanyak tiga kali dengan
berganti air, setelah airnya jernih, lalu diminum
14 Sakit pada pinggul
Masak pucuk pepaya, airnya diminum. Atau masak arang hitam
hingga mendidih, lalu diminum
J Nilai-nilai
Pengetahuan orang Bugis tentang penyakit dan pengobatan tradisional mengandung nilainilai dalam
kehidupan, antara lain:
a Melestarikan tradisi. Nilai ini tercermin dari kepercayaan orang Bugis terhadap pengobatan tradisional yang masih dipraktekkan, khususnya di pedesaan.
b Nilai Sastrawi. Nilai ini tercermin dari teks pengetahuan tersebut yang berasal dari lontarak Bone.
c Penghargaan terhadap alam. Nilai ini tercermin dari bahanbahan ramuan dari alam.
d Menghargai kesehatan. Pengetahuan ini ini juga sebagai bukti bahwa leluhur Bugis sangat menghargai kesehatan..
4. Penutup
Ketika sekarang banyak orang yang berusaha kembali ke obatobatan alternatif (ramuan alami), pengetahuan ini menjadi bukti bahwa peradaban orang Bugis sudah tinggi pada zamannya. Oleh karena itu, sudah selayaknya pengetahuan ini dilestarikan.
(Yusuf Efendi/Bdy/80/082011)
Referensi
Syarifudin Kulle, dkk. 2010. Lontara Patturioloanna tu Gowaya. Gowa: Proyek Pengembangan
Minat dan Budaya Baca Dinas Pendidikan Nasional.
Abdul Hamid, 2008. Pengobatan Tradisional Berbasis Lontara di Sulawesi Selatan. Sulawesi
Selatan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
SITUS: http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2740/pengobatan-tradisional-melayu-bugis-sulawesi-selatan
Re-post: ILagaligoMassompe
10/12/2015

Dikisahkan konon kabarnya, di sebuah desa bernama Wajo-wajo hiduplah seorang anak yatim yang masih kecil. Anak itu bernama Lawelle. Ayahnya meninggal karena dibunuh oleh Lamannuke. Sejak saat itu, Lawelle tinggal berdua dengan ibunya. Warga sekitar pun sangat sayang pada Lawelle karena dia termasuk anak yang rajin dan tidak nakal.
Suatu ketika, Lawelle sedang bermain-main dan tiba-tiba menyaksikan sepasang burung memberi makan pada anak-anaknya. Lawelle pun takjub menyaksikan peristiwa yang menurut dia masih asing karena belum pernah dilihat sebelumnya. Hal inilah yang kemudian membuatnya bertanya pada ibunya tentang upaya kedua ekor burung yang memberi makan pada burung-burung yang lain.
Ibunya menjelaskan bahwa kedua burung itu tidak lain ayah dan ibu burung-burung yang lain. Lawelle merasa heran karena selama ini dia tidak pernah merasa mempunyai ayah. Dia pun menanyakan tentang ayahnya. Ibunya menceritakan peristiwa yang dialami oleh ayahnya sehingga akhirnya dibunuh oleh Lamannuke.
Dalam rasa penasaran itulah, Lawelle menanyakan peninggalan ayahnya. Ibunya memberitahukan bahwa ayah Lawelle meninggalkan sebuah benda pusaka yang rencananya akan dibuat menjadi badik namun belum selesai. Benda itu disimpannya baik-baik. Lawelle pun mengambil benda tersebut yang sudah menyerupai sebuah badik namun belum tajam karena belum selesai betul dibuat oleh mendiang ayahnya.
Agar badiknya itu betul-betul jadi, Lawelle menanam jeruk pada lahan perkebunan yang sangat luas. Jeruk itu akan dijadikan sebagai bahan untuk mempertajam badiknya. Alhasil, jeruk itu tumbuh besar dan berbuah banyak. Lawelle menghabiskan semua hasil panen jeruk itu hanya untuk mempertajam badiknya hingga badik itu terlalu tipis seperti daun padi sehingga orang bugis menamakannya tappi maddaung ase, artinya badik yang tipis seperti daun padi.
Berita tentang adanya tappi maddaung ase yang dimiliki Lawelle tersebar ke seluruh pelosok Wajo hingga tidak ada orang yang berani melawannya karena bekas luka yang ditorehkan akibat sayatan badik Lawelle tidak dapat diobati dengan penawar luka apapun sehingga orang bugis menamakannya tennarapi pattawe.
Pada suatu hari, Lawelle yang sudah beranjak remaja memohon izin kepada ibunya untuk pergi mencari Lamannuke hendak membalas dendam atas kematian ayahnya. Ibunya pun mengizinkan karena sudah mengandalkan keberanian anaknya. Setiap perkampungan yang dilaluinya, Lawelle selalu bertanya tentang keberadaan Lamannuke. Semua orang yang ditanya pun terkejut melihat seorang remaja yang mencari Lamannuke hendak mengajaknya bertarung, sementara Lamannuke sangat terkenal kehebatannya karena dia memiliki ilmu pattawe (penawar luka). Namun, setelah tahu bahwa remaja yang mencari Lamannuke itu tak lain Lawelle yang memiliki tappi maddaung ase tennarapi pattawe, mereka pun maklum atas keberanian anak itu.
Setelah bertanya dan terus bertanya, akhirnya Lawelle berhasil bertemu dengan Lamannuke. Lawelle menantang Lamannuke berkelahi karena hendak membalas dendam atas kematian ayahnya. Celakanya, Lamannuke terlalu licik. Dia mencari akal agar tidak jadi bertarung dengan Lawelle. Rupanya Lamannuke pun telah mendengar tentang kehebatan Lawelle yang memiliki tappi maddaung ase tennarapi pattawe. Lamannuke memang punya ilmu penawar luka, tapi apalah artinya jika berhadapan dengan Lamannuke yang memiliki badik yang bekas sayatannya tak dapat disembuhkan dengan penawar apapun.
Alhasil, Lamannuke menemukan cara agar dapat menyingkirkan Lawelle. Dia menyangkal kalau dirinya yang telah membunuh ayah Lawelle. Lamannuke justru memfitnah Wa Becce yang dikenal dengan sebutan Bolong Mangngongngona Tana Kute. Orang tersebut adalah seorang ratu yang memerintah di sebuah negeri yang sangat kaya. Ratu tersebut terkenal sakti dan pemberani. Apabila ada kapal yang merapat di pelabuhan negeri tersebut, Wa Becce selalu berkokok seperti ayam dan apabila ada yang menjawabnya, maka mereka akan bertarung. Taruhannya pun tidak tanggung-tanggung. Apabila Wa Becce kalah, maka ia akan menyerahkan tampu kekuasaan di negerinya.
Tetapi apabila lawannya kalah, maka ia akan mengambil seluruh isi kapal. Tampaknya taruhan itu memang menguntungkan bagi pemilik kapal karena tidak seimbang nilainya, tetapi tetap saja tidak ada yang berani melawan Wa Becce.
Atas petunjuk Lamannuke, Lawelle pun berangkat mengarungi lautan. Agar pelayarannya itu berjalan lancar, dia bekerja sebagai awak pada salah satu kapal tujuan Tana Kute. Tentu saja tidak ada orang yang tahu maksud Lawelle, karena kalau mereka tahu, mereka tidak akan mengikutkan Lawelle.
Semua orang, terutama pemilik kapal, sangat takut pada Wa Becce. Bahkan, tidak ada kapal yang mau membawa ayam karena takut ayam tersebut akan menyahut jika Wa Becce berkokok seperti ayam.
Setelah berlayar cukup lama, akhirnya kapal yang ditumpangi Lawelle pun tiba di Tana Kute. Lawelle tidak sabar lagi menunggu adanya suara kokok ayam dari dermaga. Begitu mendengar suara kokok ayam, tanpa ragu-ragu, Lawelle pun menyahut. Tentu saja tindakan Lawelle itu membuat seisi kapal jadi terkejut dan sangat ketakutan. Pertarungan hebat pun terjadi antara Lawelle dan Wa Becce. Mereka beradu kekuatan dan kesaktian, hingga akhirnya badik Lawelle mengenai kulit Wa Becce. Melihat hal itu, Wa Becce tidak merasa khawatir sedikit pun karena dia memiliki penawar luka.
Namun malang nasib Wa Becce. Rupanya dia tidak tahu kalau bekas sayatan badik Lawelle tidak
dapat diobati dengan penawar apapun. Wa Becce gugur dalam pertarungan itu. Wa Becce yang selama ini selalu mengambil milik orang lain, akhirnya harus merelakan kerajaannya untuk dia serahkan kepada Lawelle. Tampu kekuasaan pun beralih pada Lawelle.
Konon, menurut si empunya cerita dan keyakinan masyarakat Wajo, Tana Kute yang dimaksud adalah Kerajaan Kutai yang berada di Kalimantan Timur. Lawelle tinggal memerintah di kerajaan tersebut. Berita tentang kemenangan Lawelle melawan Wa Becce pun tersebar hingga ke Wajo. Banyak orang-orang Wajo yang menyusul dan menetap di negeri tersebut dan beranak-cucu hingga sekarang.
DIPOSKAN OLEH AFRAT LAGOSI DI 11.09 dan dicopas dari grup Sempugi.
Kisah cinta Datu Museng & Maipa Deapati berawal dari Tanah Galesong. Galesong dulunya merupakan pusat Angkatan Laut kerajaan Gowa,telah merekrut pemuda dari berbagai daerah kekuasaan. Tersebutlah AdeArangan dari Kesultanan Sumbawa yang datang memperkuat Angkatan Laut kerajaan Gowa di Galesong. Ade Arangan kemudian kawin dengan gadis bangsawan Galesong hingga melahirkan beberapa orang anak, diantaranya Karaeng Gassing.
Anaknya Karaeng Gassing setelah dewasar kawin dengan gadis Galesong hingga membuahkan seorang anak bernama I Baso Mallarangang, atau lebih dikenal dengn nama Datu Museng. Pada usia 3 tahun, kedua orang tua Datu Museng dibunuh oleh pasukan Belanda. Ade Arangan kemudian memelihara cucunya dan menyelamatkannya dengan membawa ke negeri kelahirannya di kesultanan Sumbawa.
Sampai di Sumbawa, Ade Arangan diterima baik oleh Sultan Sumbawa dan ia diberi tempat dan lahan perkebunan. Datu Museng yang sudah memasuki usia kanak-kanak disuruh mengaji di surau yang diasuh Kadi Mampawa. Disana ia bertemu Maipa, putri Sultan Sumbawa.
Setelah dewasa, di surau tempat Datu Museng menuntut ilmu melihat Maipa yang sudah tumbuh menjadi gadis cantik sedang bermain cincin. Cincin permatanya jatuh ke kolom rumah. Datu Museng kemudian cepat mengambilkan cincin Maipa di kolom rumah, kemudian keatas untuk memberikannya. Sebelum memberi, Datu Museng kemudian berkata”Cincinmu telah kucincin, aku tak kan memberikan bila tidak memperistrikanmu. Dari situlah awal cinta Datu Museng – Maipa mulai merajut.
Cinta kedua sejoli ini terhalang, karena ternyata Maipa sudah dijodohkan dengan orangtuanya sejak masih kecil dengan pria bangsawan Lombok bernama Mangalasa. Mangalasa yang sudah dewasa sering ke Sumbawa dan melihat Maipa sudah tidak cinta padanya,tapi sudah beralih ke Datu Museng. Ini membuat Mangalasa marah.
Dalam kondisi demikian, Kakek Ade Arangan menyarankan kepada Datu Museng agar pergi ke negeri Arab menuntut Ilmu Sufi serta ke Madina untuk mencari ilmu Bunga Ejana Madina.Dengan kedua ilmu ini, Datu Musneg bisa mejadi seorang sufi atau ulama juga bisa menjadi seorang ksatria dan menjadi dambaan setiap wanita. Sementara Maipa yang ditinggal Datu Museng terus mengurung diri dalam kamar. Ia ingin bertemu Datu Museng.
Singkat cerita,setelah Datu Museng kembali dari negeri Arab, lengkap sudahlah ilmunya. Di istana kesultanan, diadakan pertandingan permainan raga dengan mengundang pemuda yang ada di pelosok. Tujuannya untuk menghibur tuan putri Maipa agar keluar dari kamarnya.
Dari sekian banyak pemuda yang memainkan raga, tak satupun yang mampu mermainkan raga dengan baik. Kemudian tampil I Mangalasa, permainannyapun sama. Sultan Sumbawa kemudian minta I Mangalasa untuk memberikan raga itu pada Datu Museng. Setelah Datu mendapatkan bola raga itu, pertamanya ia sering salah-salah, karena pikirnnya selalu tertuju pada Maipa. Namun setelah kakek AdeArangan berteriak, “perbaiki permainanmu datu Museng” teriakan itu didengar oleh Maipa,hingga Maipa beranjak keluar dari kamarnya. Setelah melihat sekilas wajah Maipa, Datu Museng kemudian bangkit semangatnya dan mempermainkan bola raga dengan piawai.
Walau Maipa hanya sebentar menampakkan wajahnya di jendela, dan ia kembali ke kamarnya, tapi hati Datu Museng sudah terobati. Terakhir bola itu kemudian ditendang setinggi-tingginya keatas langit, kemudian jatuh diatas bumbungan istana, lalu menggelinding ke jendela bola itu terus berguling masuk ke kamar Maipa hingga naik dipembaringannya, membuat Maipa jatuh sakit.
Sakitnya Maipa membuat Sultan Sumbawa makin gelisah.Sudah banyak dukun yang didatangkan namun tak satupun bisa mengobati sakinya tuan putri. Atas petunjuk seorang ahli nujum, tuan putri ini bisa sembuh,kalau didatangkan pemuda yang sering disebut dalam tidurnya , Pemuda yang sering disebut adalah Datu Museng.
Karena Sultan sayang pada putrinya, maka iapun memanggil Datu Museng. Datu Museng yang datang ke istana itu disambut ala raja.Setelah mesuk ke pembaringan tuan putri,iapun menyuruh semua orang untuk keluar kamar. Maipa yang menyebut nama datu langsung berkata, “Aku Datu Museng, kami sudah ada di dekatmu” setelah diobati, mata tuan putri perlahan-pahan terbuka, akhirnya ia melihat wajah Datu Museng. Dari situlah penyakit Tuan putri sudah sembuh.Namun untuk sembuh totalnya, Datu Museng menyarankan, agar pada bulan purnama, turun mandi di sungai yang ada di dekat istana.Namun jangan kaget, kalau disaat bencana akan tiba, yakni angin topan disertai hujan lebat membuat perkampungan porakporanda, aku ada dibelakangmu dan aku akan membawamu lari. Setelah itu Datu Museng dan Maipa keluar kamar. Kedua orang tuanya sangat gembira karena putrinya sudah sembuh ,Ia kemudian memberitahu, bahwa ia disuruh mandi di sungai pada malam bulan purnama.
Ketika tiba bukan purnama. Maipa kemudian turun ke sungai diantar oleh dayang-dayang dan pengawal istana, tiba-tiba bencana angin topan datang disertai hujan deras membuat para dayang-dayang terlempar kena angin. Tak ajal, tuan putripun ikut terlempar, tapi cepat ditangkap Datu Museng untuk selanjutnya dibawah lari ke rumahnya.
Peristiwa hilangnya tuan putri itu membuat hati kedua orang tuanya semakin sedih. Ia kmudian mencari kesana kemari, tak diketahui kemana rimbanya. Terakhir terdengar kabar bahwa Maipa ada di rumah Datu Museng.
Para pengawal yang disuruh ke rumah Datu Museng meminta supaya Maipa dikembalikan, namun Maipa tak mau, karena ia sudah kawin lari dengan Datu Museng,kecuali kalau perkawinannya direstui oleh kedua orang tuanya. Dari sekian banyak pengawal yang meminta paksa Maipa pulang tak satupun yang bisa berhasil, karena ia dihadang oleh kakek yang memiliki pedang sakit Lila Buajaya (lidah buaya).
Kemudian tiba gilirang I Mangalasa mendatangi rumah Datu Museng untuk minta secara paksa agar Maipa pulang keistana. Kedatangannya disertai Tubarani dari Lombok. Ketika pasukan Mangalasa menyerang rumah Datu Museng,ia dihadang oleh kakeknya Ade Arangan, kemudian Mangalasa berduel satu lawan satu dengan Datu Museng. Keris Datu Museng bernama Mattonjong Gadinna terkenal sakti hingga membuat Mangalasa tak berdaya. Keris pusaka itu kemudian melengket di dada Mangalasa, hingga membuat ia tak bisa berkutik, namun Datu tak membunuhnya, karena sudah minta ampun.
Kekalahan pasukan Mangalasa kemudian dilaporkan pada Sultan Sumbawa Dato Taliwang. Dato Taliwang kemudian menjawab, bagaimana mungkin kamu bisa diambil menantu, kalau menghadapi dua orang saja tidak bisa, apa lagi menghadapi rakyat banyak, Dengan alasan itulah, pinangan Mangalasa ditolak dan sebaliknya Sultan memanggil Datu Museng dan Maipa untuk merestui pernikahannya.Setelah jadi suami istri, Datu Museng kemduian dinobatkan sebagai Panglima Perang di Sumbawa. Beberapa bulan kemudian terdengar kabar di negeri leluhurnya di Galesong, tentara Belanda membunuh banyak keluarganya, hingga membuat hatinya terpangil pergi keneger ileluhur membela keluarganya.
Ia dan isterinya Maipa berlayar ke Mangkasara dan mendarat di Pantai Losari. Kedatangan Datu dan istrinya dimata-matai oleh tentara belanda hingga ia ketahuan. Sementara Tumalompoa (Belanda) yang ingin melenyapkan Datu Museng dan merebut istrinya Maipa. Ia kemudian memperalat Daeng Jarre juga Datu Jereweh untuk memata-matainya.
Tumalompoa kemudian merekrut para tubarani, diantaranya Karaeng Galesong untuk menumpas pemberontakan Datu Museng, namun selalu kalah. Terakhir Tumalompoa mendatangkan pasukan secara besar-besaran . Dalam kondisi terjepit, Datu Museng kemudian menghampiri istrinya Maipa dan menanyakan, apa permintaan terakhirmu, sebab musuh sudah mengepung kita dan sebentar lagi kita akan mati.
Maipa kemudian menjawab, “saya lebih suka mati di tangan suamiku daripada kulit saya disentuh oleh Tumalompoa, apa lagi dijadikan aku sebagai istrinya”, lalu apa maumu.? , Tanya Datu. “ Aku lebih suka mati ditanganmu Datu dengan kerismu dari pada aku jatuh dipelukan Tumalompoa”. “Maipa..! teriak Datu.
Ketika musuh sudah mendakat, Maipa kemudian minta agar Datu segera melaksanakan permintaannya dengan mengelus keris di lehernya hingga menemui ajalnya. Sebelum permintaan itu dikabulkan, Datu Museng sempat berpesan. “Kalau adinda sudah jalan duluan menghadap Ilahi, kalau saya tak menyusul di waktu duhur, tunggu di waktu ashar, tapi kalau tak ada di waktu ashar, pasti saya datang menemuiamu di waktu magrib”. Sertelah itu Datu kemudian melaksanakan permintaannya dengan menusuk leher Maipa hingga menemui ajalnya. Setelah itu, mayat Maipa didudukkan di ruang tengah.
Ketika pasukan Belanda mendekati rumah Datu Museng, banyak pasukan Datu Museng mati tertembak. Disaat memasuki waktu duhur, Datu Museng masih sempat melawan, demikian juga di waktu asar, tetapi ketika memasuki waktu Magrib,walau Datu Museng masih bisa melawan, tetapi janjinya pada Maipa Deapati sudah sampai dan ia segera menyusul. Apa lagi ia sudah melihat bayangan Maipa di ufuk barat sudah melambai-lambai, maka ia memasrahkan dirinya pada Karaeng Galesong untuk membunuhnya.
Ketika melihat Datu Museng sudah terbunuh,Karaeng Galesong kemdian segera berlari masuk ruang tengah,dan didapatinya Maipa sedang duduk, Iapun memboyong Maipa keluar dan menaruhnya diatas kereta kuda Tuan Malompoa. Tumalompoa yang bersorak ria merayakan kemenangan, lalu naik kereta kuda duduk dekat Maipa. Disaat kereta kuda itu berlari diatas jalan berbatuan, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kucuran darah Maipa membasahi baju Tumalompoa. Kondisi ini membuat Tumalompoa marah. Ia merasa ditipu oleh Karaeng Galesong, maka Tumalompoa kemudian memerintahkan pada pasukan Belanda untuk membunuh Karaeng Galesong hingga akhirnya Karaeng Galesong mati di tempat itu juga.*(Zainuddin Tika) (Re-Blog dari zainuddintika.blogspot.com)
26/11/2015
PANAIQ. “Kenapa harus mahal?.”
Zulfihadi.
(Aktifis komunitas Appeq Jannangang)
================================================
Dalam pernikahan adat tradisional Mandar, salah satu yang menjadi bagian penting adalah adanya panaiq (Makassar)/pappenreq (Bugis)/ doiq balanja (Mandar). Dan sudah jadi rahasia umum jika seorang lelaki
hendak mempersunting seorang gadis dari kalangan suku Bugis, Makassar atau Mandar
maka ia haruslah mempersiapkan dana yang tidak sedikit bahkan relatif fantastis
jumlahnya. Beberapa artikel diinternet belakangan ini sering memberitakan hal
itu.
Namun sayang karena umumnya artikel-artikel tersebut mengulas panaiq (Makassar)/pappenreq
(Bugis)/doiq balanja (Mandar) hanya dari sudut pandang jumlahnya yang besar. Hingga
memberikan kesan jika gadis Sulawesi itu “mahal”, seolah-olah gadis Sulawesi
adalah barang dagangan yang bisa diperjual belikan. Menurut penalaran penulis,
inilah yang menjadi sumber keresahan beberapa kalangan hingga muncullah
elemen-elemen yang seakan tidak setuju dan menolak adanya panaiq. Dalam paradigma
kekinian, di mana hampir segala aspek kehidupan selalu menjadikan nilai ekonomi
sebagai standar ukuran mungkin hal ini bisa saja menggiring opini kita kearah
demikian. Namun jika kembali melihat persoalan ini dengan kacamata pilosofi kearifan
budaya lokal maka kita akan melihat beberapa faktor penyebab tingginya panaiq.
Sebelum membahas panaiq dari kacamata pilosofi kearifan
lokal (local wisdom), ada baiknya kita mengetahui dulu apa itu panaiq. Sebab terkadang
masyarakat memahami bahwa sorong sama dengan panaiq padahal keduanya sangat
berbeda.
Dalam tradisi ritual pernikahan masyarakat Bugis, Makassar
dan Mandar dikenal dua macam pendanaan yang harus disiapkan oleh calon mempelai
lelaki. Yang pertama adalah mahar atau sorong, ini hukumnya wajib berdasarkan
hukum agama Islam yang telah dianut sejak lama oleh komunitas-komunitas ini
yang memang mewajibkannya.
Perihal sorong in. Sebelum sistem kerajaan benar-benar hilang (meskipun hingga kini terkadang masih ada kita dapatkan), ditetapkan berdasarkan kadar darah kebangsawanan atau strata sosial yang bersangkutan dan diukur dalam nilai kati atau real. Sebagai contoh, sorong anak bangsawan 180 dan 300 real dan sorong anak pattola adaq bisa 120 atau 160 real. Namun setelah itu, ketika ajaran Islam sudah mengakar kuat dmasyarakat. Maka sorong menjadi semakin lebih ringan hingga dapat saja seorang calon mempelai lelaki hanya memberi mahar berupa emas beberapa gram bersama Al-Qur’an dan seperangkat alat shalat tergantung kesepakatan kedua belah pihak.
Perihal sorong in. Sebelum sistem kerajaan benar-benar hilang (meskipun hingga kini terkadang masih ada kita dapatkan), ditetapkan berdasarkan kadar darah kebangsawanan atau strata sosial yang bersangkutan dan diukur dalam nilai kati atau real. Sebagai contoh, sorong anak bangsawan 180 dan 300 real dan sorong anak pattola adaq bisa 120 atau 160 real. Namun setelah itu, ketika ajaran Islam sudah mengakar kuat dmasyarakat. Maka sorong menjadi semakin lebih ringan hingga dapat saja seorang calon mempelai lelaki hanya memberi mahar berupa emas beberapa gram bersama Al-Qur’an dan seperangkat alat shalat tergantung kesepakatan kedua belah pihak.
Yang kedua adalah panaiq atau pappenre alias balanja. Ini adalah
permintaan pihak calon mempelai wanita kepada pihak calon mempelai pria dengan
maksud agar calon mempelai pria mau membantu pelaksanaan pesta penikahan di
rumah mempelai wanita dengan layak. Hal permintaan bantuan ini sebenarnya
adalah sesuatu yang wajar mengingat pihak wanita yang didatangi, hingga
dianggap bahwa persiapan mereka dalam hal pendanaan untuk pesta agak mendadak dan butuh
waktu yang agak lama jika ingin menyiapkannya sendiri sementara pernikahan
adalah sesuatu yang baik dan seyogyanya tidak ditunda-tunda setelah terjadi
kesepakatan kedua belah pihak. Berbeda dengan kesiapan pihak lelaki yang tentu
sudah lebih matang karena telah menyiapkannya dalam waktu yang cukup lama
bahkan mungkin saja beberapa tahun. Namun kemudian, yang dianggap tidak wajar
oleh banyak kalangan adalah jumlahnya yang terkadang fantastis sebagaimana yang
telah disebutkan sebelumnya.
Lalu kenapa permintaan panaiq dari pihak wanita cenderung
tinggi?. Berikut beberapa di antara alasan penyebab tingginya panaiq yang
diminta oleh pihak wanita:
1. Pengangkat gengsi.
Setiap orang selalu mempunyai kecenderungan untuk terlihat
lebih dibandingkan dengan orang lain, demikian juga rupanya dalam hal pengadaan
pesta pernikahan. Sebuah keluarga senantiasa menginginkan pernikahan anaknya
lebih ramai, lebih megah dan lebih banyak mendapatkan tamu daripada tetangganya
yang pernah melaksanakan pesta pernikahan sebelumnya.
2. Sebagai alat penolakan.
Masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar dikenal sebagai
komunitas yang menjunjung tinggi nilai
kesopanan dalam bertindak maupun berucap bahkan hingga pada saat menolak
sesuatu yang dibawakan padanya. Setelah pihak calon pengantin pria melakukan
proses messisi atau mencari informasi langsung pada keluarga pihak calon
mempelai wanita tentang kondisi gadis yang akan dilamar apakah sudah siap
menikah, sudah dijodohkan ataukah belum sehingga bisa dilamar. Maka keluarga
pihak perempuan juga akan mencari informasi tentang calon pengantin pria
meskipun dilakukan lebih bersifat diam-diam dan dengan cara tidak formal
sebagaimana yang dilakukan oleh pihak lelaki apalagi jika keluarga calon pria
berasal dari keluarga yang agak jauh hubungan kekerabatannya dari keluarga
calon wanita. Jika kemudian didapati kondisi bahwa pihak keluarga tidak cocok
dengan calon pria maka setelah dirembugkan dalam keluarga, disepakatilah
keputusan untuk menolak lamaran calon mempelai pria dengan cara meminta jumlah
panaiq yang diperkirakan tidak akan mampu terpenuhi oleh pihak calon mempelai
pria dengan harapan lamaran itu gagal demi kebaikan keluarga sang gadis.
Dalam kacamata kearifan lokal sendiri yang mana juga bisa
mengakomodir kedua alasan di atas, sesungguhnya bisa ditarik sebuah kesimpulan
bahwa tingginya uang panaiq bersumber dari palsafah sulapaq appeq sebagai nilai
kultural yang dianut oleh masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar.
Seorang mempelai pria (baca: suami) akan menjadi seorang pemimpin dalam keluarganya. Sementara kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar haruslah memenuhi kriteria sebagai manusia sulapaq appeq dengan patokan barani (berani), manarang (cerdas), malappu (jujur) dan sugiq (kaya). Sementara itu, juga ditemukan dasar pilosofi yang menganalogi kepada bentuk tubuh manusia yang diistilahkan “sulapa appeq na tau” (Mattulada) yang dapat digambarkan sebagai berikut:
A = Kepala.
B = Badan.
C - D = Tangan.
E = Kaki
Jika keempat sifat di atas dipadukan dan diaplikasikan pada
segi empat tubuh manusia, maka (A) kepala mewakili sifat cerdas, (B) badan
berhubungan dengan kejujuran (hati), (C, D) tangan berhubungan dengan kekayaan
dan (E) kaki berhubungan dengan keberanian. Sehingga siapapun orangnya jika memiliki
sifat-sifat itu akan menjadi seorang pemimpin (Suami) yang bijak bagi diri
maupun yang dipimpinnya (Istri dan anak-anaknya).
Kemampuan calon mempelai pria mengatasi masalah panaiq dan
menikahi gadis pujaannya dianggap telah lulus ujian pertama dan berhak mendapat
gadis impiannya. Toh, mengatasi tingginya panaiq bukan semata-mata harus
menyiapkan sejumlah uang yang diminta. Selain dari jalan si paindongang (kawin
lari) yang beresiko, ada cara yang bisa dilakukan dan tentunya lebih elegan dan
menunjukkan martabat sebagai calon pemimpin rumah tangga, yaitu melalui
diplomasi. Jika cara diplomasi pihak calon pengantin pria mampu menarik hati
keluarga pengantin wanita, disinilah biasanya terbuka jalan atau solusi yang
sama-sama tidak memberatkan. Entah itu dengan jalan keluarga calon mempelai wanita meminjamkan uang kepada calon mempelai pria (tentu dengan kesepakatan diam-diam dan tidak diumumkan) atau menyatukan tempat pesta dengan cara patungan atau biasa disebut dengan mammesa rumbu api (menyatukan asap api), dan atau dengan cara lain yang disepakati kedua belah pihak.
Setelah membaca uraian singkat ini, hendaklah panaiq tidak
lagi menjadi momok yang menakutkan yang dianggap sebagai penghalang jodoh bagi
pemuda dan pemudi Bugis, Makassar maupun Mandar sehingga mengharuskan kita
menghilangkan bagian dari budaya lokal kita. Ini ibarat pepatah “membasmi tikus, lumbung dibakar”.
Ayo pemuda, tetaplah bersemangat mencari rezeki dan buktikan bahwa wanita Sulawesi adalah wanita pilihan dan lelaki yang pantas mendapatkannya juga adalah lelaki istimewa.
(Nutrisi bacaan: Eksotisme Filosofi Penggunaan Simbol Angka Dalam Budaya Makassar. Sebuah paper yang ditulis oleh Hj. Ery Iswary yang disampaikan pada acara SEMINAR ANTAR BANGSA "Dialek-Dialek Austronesia Di Nusantara III" tahun 2008)
Ayo pemuda, tetaplah bersemangat mencari rezeki dan buktikan bahwa wanita Sulawesi adalah wanita pilihan dan lelaki yang pantas mendapatkannya juga adalah lelaki istimewa.
(Nutrisi bacaan: Eksotisme Filosofi Penggunaan Simbol Angka Dalam Budaya Makassar. Sebuah paper yang ditulis oleh Hj. Ery Iswary yang disampaikan pada acara SEMINAR ANTAR BANGSA "Dialek-Dialek Austronesia Di Nusantara III" tahun 2008)
Langganan:
Postingan (Atom)
SELEKSI IKRA INDONESIA KEMBALI DIGELAR, KOPI CAP MARADDIA MAJU JADI PESERTA
Pembukaan Seleksi Ikra Indonesia 27/2/2024 Kopi kita boleh beda, tapi Indonesia kita tetap satu. Sebuah kalimat pembuka yang aku ucap saat m...

-
Bawa di arangan (mellullung kaeng lotong) 2x Mattattangai ToPole Dzi Balitung Apamo puti-putiqna (topole Dzi Balitung) 2x Tuppuang ...