Tampilkan postingan dengan label Dakawa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakawa. Tampilkan semua postingan

01/03/2024

SELEKSI IKRA INDONESIA KEMBALI DIGELAR, KOPI CAP MARADDIA MAJU JADI PESERTA

Pembukaan Seleksi Ikra Indonesia 27/2/2024

Kopi kita boleh beda, tapi Indonesia kita tetap satu. Sebuah kalimat pembuka yang aku ucap saat memulai sesi presentasi dalam event seleksi IKRA Indonesia yang berlansung meriah di hotel Claro, Makassar pada Rabu, 28/2/2024 lalu.

IKRA Indonesia adalah sebuah lembaga yang mendorong dan mempertemukan para pelaku UMKM syariah se-Indonesia. Tujuannya adalah agar paraa pelaku UMKM bisa menjalankan usaha secara syar'i dan menciptakan produk halalan thoiyiban terlepas apakah pelaku UMKM bersangkutan seorang muslim atau bukan.

Melihat produk peserta seleksi lain dengan tampilannya yang keren, tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri bagaimana menarik perhatian dewan juri. Sebuah kebanggan melihat produk dari kawan-kawan pelaku usaha se-Indonesia Timur sudah sedemikian maju.



Pada bagian presentasi ini, setiap peserta akan diberi kuota durasi lima menit untuk menjelaskan segala aspek usahanya mulai dari proses berdiri, alasan menentukan brand hingga apa saja yang telah mereka lakukan dimasyarakat. Setelah itu, akan diberikan durasi waktu dua puluh menit kepada dewan juri untuk mendalami materi presentasi yang disampaikan oleh peserta. Kenapa harus kopi Cap Maraddia?. Tohok Chef Bara tiba-tiba di penghujung tanya jawab setelah pemaparan untuk kopi Cap Maraddia® rampung.

Sekedar informasi, yang saya sebut dengan Chef Bara itu adalah Bara Raoul Pattiradjawane yang seorang jurutama masak, penulis, bintang Iklan sekaligus host pada program acara Gula-Gula yang tayang di Trans TV sejak 2005 silam. Kebayang kan, gimana rasanya ditanya sama orang kondang dan ahli dibidang rasa kayak begitu saat situasi kompetisi. Rasanya campur baur dan bikin deg-deg plass gitu.

Pertanyaan ini sebenarnya adalah sebuah pertanyaan dasar yang selalu menjadi pertimbangan setiap orang sebelum memutuskan menjadi kostumer sebuah produk. Apapun bentuknya. Dan untuk menjawab pertanyaan seperti inilah maka idealnya setiap orang atau minimalnya owner usaha yang terlibat dalam proses marketing harus mengetahui philosofi dari brand yang mereka bangun.Beruntung karena sudah melakukan persiapan yang cukup, hingga tohokan pertanyaan itu tidak membuat gugup.



Dengan lancar ku paparkan kenapa kopi Cap Maraddia® layak untuk hadir mengisi gelas-gelas kopi orang Indonesia sebab kopi Cap Maraddia® adalah produk yang berdiri dan berakar kuat dalam pelestarian sejarah dan budaya masyarakat Sulawesi Barat. Sehingga dengan mengonsumsi kopi Cap Maraddia® sama halnya ikut serta berpartisipasi dalam melestarikan kearifan lokal Sulawesi Barat yang adiluhung.

Setelah sesi tersebut berakhir, tibalah waktunya untuk menunggu hasil keputusan para dewan juri untuk menentukan siapa yang layak untuk menjadi anggota IKRA Indonesia kali ini. Dan peserta harus bersabar selama setidaknya sepekan atau dua pekan untuk dapat mengetahui hasilnya. Tentu saja, kita berharap kopi Cap Maraddia dapat turut lolos. Semoga.


01/04/2023

MENGENAL DAUN KAWA BELANDA

By: Admin


Daun Kawa Belanda yang dikeringkan.
(Foto: Dok. Dakawa)

Dari sekian banyak klon kopi arabika yang berkembang di Indonesia di antaranya S795, USDA762, Andungsari, Kartika, Lini S serta paling paling anyar saat ini adalah Sigagarutang. Diperkirakan klon yang paling tua dibudidayakan di Indonesia adalah arabika dari klon Typica. Perbedaan setiap klon terletak pada morfologi, kemampuan beradaptasi dan produktifitas.

Masyarakat Mamasa telah mengenal tanaman kopi jauh sebelum tanaman tersebut dikembangkan lebih luas ke Sulawesi tahun 1750 oleh penjajah VOC. Tanaman kopi oleh masyarakat Mamasa diduga diperkenalkan oleh pedagang Arab dari jalur perdagangan kerajaan Mambi diawal abad XVII. Ini diperkuat oleh penamaan kopi sebagai kawa oleh masyarakat Mamasa di mana kawa diyakini secara etimologi berasal dari bahasa Arab yakni kahwa yang mengandung arti "kuat" dan ini diaminkan secara umum oleh pegiat kopi nasional. Dari sini kita bisa membagi fase sejarah kopi di Sulawesi Barat menjadi dua yaitu fase pengenalan dan fase pengembangan.

Rupanya, masyarakat Mamasa tidak hanya mengenal biji kopi sebagai bahan minuman, namun juga daunnya. Mereka meyakini secara empiris dan turun temurun jika daun kopi atau akrab mereka sebut sebagai daun kawa memiliki beberapa khasiat di antaranya menyegarkan tubuh dan mengurangi capek. Maka tidak heran jika masyarakat Mamasa dahulu menjadikan air rebusan daun kawa sebagai minuman sehari-hari dan masih dipertahankan oleh beberapa orang hingga saat ini. Siapa nyana jika dizaman modern ini, penelitian klinis semakin menunjukkan khasiat daun kawa bagi kesehatan manusia, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh  Royal Botanic Gardens asal Inggris.

Dari tradisi meminum rebusan daun kawa yang bertahan hingga saat ini dan dipengaruhi pula oleh semakin berkurangnya lahan perkebunan yang membudidayakan arabika klon typica karena digantikan oleh klon lain, rupanya dimanfaatkan pula oleh sebagian masyarakat dengan menjual daun kopi jenis typica ini di pasar untuk dibeli oleh orang-orang yang akan menjadikannya bahan minuman teh daun kawa. Umumnya, untuk satu ikat daun kering seukuran dua genggam orang dewasa dihargai Rp.5.000,-.

Masyarakat Mamasa juga membedakan sebutan klon typica sebagai kawa Belanda, dengan klon lain yang datang kemudian, kawa jember, misalnya. Perbedaan daun kawa Belanda dengan arabika klon lain juga dapat dicium dari aroma daun keringnya yang lebih tajam dan citarasa air seduhan yang lebih kompleks dibandingkan arabika lainnya yang lebih aromanya lebih soft dan citarasa cenderung lebih simpel.

SELEKSI IKRA INDONESIA KEMBALI DIGELAR, KOPI CAP MARADDIA MAJU JADI PESERTA

Pembukaan Seleksi Ikra Indonesia 27/2/2024 Kopi kita boleh beda, tapi Indonesia kita tetap satu. Sebuah kalimat pembuka yang aku ucap saat m...