28/03/2023

DAKAWA Teh Daun Kopi Yang Melegenda.

 




DAKAWA, Lebih Dari Sekedar Teh.

Mari kabarkan kebaikan pada dunia tentang keajaiban dari pegunungan Mamasa. 

Bersama produk hasil kurasi produk UMKM yang ketat dari seluruh Indonesia, DAKAWA hadir sebagai satu-satunya produk asal Sulawesi Barat diforum ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) yang mulai berlansung hari ini hingga 31 Maret mendatang.

Ini membuktikan jika DAKAWA layak menjadi produk yang ada di setiap rumah masyarakat Sulawesi Barat.

#dakawa #daunkopi #daunkawa #kawadaun #kopi #minuman #teh #sehat #tehkekinian #minuman #minumankekinian #oleholehmamasa #mamasa #sulbar #semuasukadakawa #lebihdarisekedarteh #lebihsekedarteh #dakawaku #lebihdarisekedarteh

26/03/2023

Tak Ada Belanga, Bambu Pun Jadi

Teringat saat masih bergabung sebagai Pramuka tingkat Penggalang, selalu ada lomba memasak tanpa alat dapur. Sebuah skill yang tentu dibutuhkan dalam keadaan darurat. Namun dugaan saya bahwa memasak tanpa alat dapur merupakan warisan kuno dari leluhur kita. 

Salah satu penganan yang lahir dari tradisi itu dan masih kita temukan hari ini adalah lemang. Meskipun isian dari lemang berbeda-beda ramuannya di setiap daerah, namun semua punya tehnik mematangkan makanan yang sama. Yaitu bahan makanan dimasukkan ke dalam bambu yang kemudian dibakar. 

Dibeberapa daerah, seringkali beras dicampur dengan daging dan sayuran. Ada juga beras yang diberi santan. Namun dodaq yang khas Mandar, hanya berupa beras ketan yang dicuci lalu dimasukkan ke dalam bambu kemudian dibakar.

Makanan ini merupakan makanan spesial bagi orang Mandar dan paling umum akan disajikan pada saat peringatan maulid Nabi Besar Muhammad S.A.W. Pada momen ini biasanya dodaq akan dibuat dalam jumlah yang sangat banyak dan bisa menghabiskan beras ketan hinga berkuintal-kuintal. Tertarik dengan kuliner dodaq?. Silahkan datang ke Mandar saat peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad S.A.W yang setiap tahun diadakan selama sebulan penuh secara bergantian antar kampung.

Zulfihadi (Tapango, hari keempat Ramadhan 1444 H.)

24/03/2023

MAKANAN POKOK DARI 5.000 TAHUN LALU, MASIH ADA DI MANDAR.

Setaria Italica
(Foto: Zul)

Jika kamu mengira bahwa beras yang berasal dari padi atau jagung adalah tanaman serealia yang pertama kali menjadi makanan pokok orang Mandar, maka kamu salah. Karena ada tanaman serealia yang jauh sebelumnya telah mengisi perut orang-orang Mandar. Namanya Setaria Italica. Kalian pasti baru tahu nama ini kan??.

Dari Tiongkok, Setaria Italica telah masuk di Nisantara sekitar 3.000 tahun silam setelah 2.000 tahun sebelumnya sukses dibudidayakan di sana. 

Saya sering melihat budidaya Setaria Italica ditanam di wilayah Palippis (Campalagian) dan Balanipa,. Selain dijadikan kuliner buras, bahan pangan ini juga biasa disuguhkan dalam bentuk bubur yang dicampur gula merah dan santan kelapa. Terakhir kali saya menikmatinya di Kediri, Wonomulyo saat berkunjung ke rumah Muhammad Iqram, teman kuliah saya dan kami disuguhi bubur manis dari tanaman itu.

Setaria Italica
(Sumber poto Google)

Dari informasi yang saya dapat melalui internet, Setaria Italica konon diklaim merupakan bahan makanan yang kandungan gizinya lebih baik daripada beras. Bulir-bulirnya mengandung karbohidrat, protein, lemak dan serat. Maka tidak salah jika tanaman pangan yang oleh orang Mandar, dinamai tarreang ini didorong mengambil peran dalam program ketahanan pangan dan peningkatan gizi keluarga masyarakat.


Zulfihadi (Tapango, hari ketiga Ramadhan 1444 H.)

MANIS DAN GURIHNYA WARISAN PENJAJAH YANG JADI CEMILAN KHAS MANDAR.

Bolu Paranggi
(Sumber: sulbarkita.com)

Perjanjian Bongaya ditandatangani pada 18 November 1667 masehi, ketika aroma mesiu masih pekat menggantung di langit Makassar. Perang Makassar memang belum berhenti total saat itu, masih ada perlawanan-perlawanan sporadis yang dilakukan para pribumi yang setia nan perwira. Dan hari-hari selanjutnya pelabuhan Makassar yang sebelumnya menjadi pelabuhan internasional dan sibuk dengan perdagangan, kini hanya diisi aktifitas kepergian kapal-kapal pedagang luar negeri kecuali VOC. Perjanjian Bongaya memang mengharuskan orang Makassar berdagang hanya dengan pedagang VOC, yang lain harus angkat kaki dari Makassar. Salah satunya kapal dagang terakhir yang bertolak dikesejukan pagi itu adalah kapal Portugis.

Jauh sebelum VOC, Portugis sudah lebih dulu berinterkasi dengan orang Sulawesi. Bahkan di pertengahan tahun 1500-an, kira-kira se-zaman dengan pemerintahan I Manyambungi di kerajaan Balanipa, beberapa raja-raja di pulau berbentuk huruf "K" ini pernah dibaptis oleh agamawan yang tergabung dalam armada dagang pimpinan Antonio de Paiva. Setidaknya koneksi yang panjang tersebut telah meninggalkan bentuk tradisi, dan di Mandar di antara warisannya  adalah musik dan kuliner.

Oleh masyarakat Mandar dikenal adanya kudapan khas yang berbahan tepung terigu, gula pasir, gula merah, telur dan TBM lalu kemudian dipanggang dengan menggunakan cetakan khusus. Jajanan ini menghadirkan aroma dan warna cokelat mengkilap yang menggugah selera. Ayo, coba tebak !?.

Yes, kue yang menjadi penanda bahwa Portugis pernah ada di pelabuhan-pelabuhan dagang Sulawesi adalah bolu paranggi. Tidak mengherankan pula jika resep kue ini bisa sampai di dapur orang-orang Mandar mengingat para pelaut Mandar adalah pelaut ulung yang selalu hadir dipelabuhan-pelabuhan internasional zaman dulu. Bisa jadi, ketika salah seorang pelaut Mandar itu mencicipi bolu paranggi merasa sangat tertarik dan ingin agar istrinya di rumah bisa membuat dan turut merasakan enaknya kue itu, kemudian membawa pulang resepnya. Dan karena lupa menanyakan nama kuenya maka, ia menamai kue buatan istrinya dari resep orang asing itu dengan nama Bolu Paranggi, Bolu Portugis. Wallahu a'lam bissawab.


Zulfihadi (Tapango, 2 Ramadhan 1444 H.)

23/03/2023

PISANG DI MANDAR, ANTARA INGATAN DAN HARAPAN



Tulisan di atas adalah salah satu ungkapan pantun Galigo dikalangan masyarakat Bugis yang alih aksaranya sebagai berikut:

GEllang ri wataq majjekko. Anrena mEnrEede. Bali ulu bale.

Secara harfiah bisa diartikan:

Logam bengkok yang diangkat berarti kail/pancing, dalam bahasa Bugis disebut meng. Makanannya orang Mandar berarti pisang atau dalam loka bahasa Bugis, kebalikan dari kepala ikan yang dimaksudkan adalah ekor dalam bahasa Bugis disebut ikko. Sehingga akan terbaca meloka ri iko/ᨆᨙᨒᨚᨀ ᨑᨗᨀᨚ  yang berarti "aku mencintaimu".

Tapi saya tidak akan membahas pantun ungkapan asmara yang dulu akrab bagi muda-mudi remaja zaman kerajaan dulu itu lebih jauh, saya hanya mengutip baris kedua dari pantun itu sebagai inspirasi tulisan ini yang menunjukkan bahwa orang Mandar pada masa lalu sebelum mengenal pertanian padi, mereka sudah akrab bahkan mungkin telah menjadikan pisang sebagai makanan pokok selain singkong dan jewawut. Semoga ini bisa menjadi bahan pemantik kajian makanan tradisional Mandar ke depannya.

Pisang sebagai salah satu makanan pokok orang Mandar bisa ditemui jejaknya hingga sekarang dengan banyaknya panganan berbahan dasar pisang tidak saja berupa cemilan tapi juga makanan berat. Untuk kelas kudapan ringan bisa kita sebutkan dampoq loka, kambossol, loka janno atau jepa loka, dsb. Sementara untuk makanan berat ada loka sattai, loka toqjaq, loka peapi, lokasari dsb.

Almarhum H. Andi Syaiful Sinrang, seorang penulis, penyair sekaligus veteran perang dari Majene, juga sempat mengabadikan loka pere yang rasanya sangat manis dalam lagu legendaris Wattu Timor Di Pamboang yang diciptakannya bersama HM Abdullah.

Salah satu kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar bahkan bernama  Luyo di mana  luyo merupakan nama lain dari pisang. Dan nama ini telah melekat sebagai nama daerah itu sejak masih menjadi bagian dari kerajaan Pasokorang yang diperkirakan eksis hampir bersamaan dengan zaman keemasan kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Jauh sebelum Balanipa, kerajaan paling tersohor di Mandar berdiri. 

Rasanya dari fakta dan realita di atas, cukuplah bisa menjadi motivasi pemuda dan masyarakat Sulawesi Barat untuk memulai upaya kreatif pengembangan pangan berbasis pisang. Selain memiliki potensi ekonomis juga sebagai upaya membantu pemerintah dalam hal ketahanan pangan, ketenaga kerjaan dan berbagai tantangan menuju masyarakat sejahtera bisa tertangani. Pisang juga diketahui mengandung tinggi kandungan vitamin, mineral dan serat sehingga sangat baik untuk pemenuhan gizi keluarga. Bisa saja nantinya akan muncul loka satta kaleng atau loka pere kaleng yang disajikan di atas meja makan orang-orang Eropa yang dikirim lansung dari Sulawesi Barat.



Zulfihadi

(Tapango, 1 Ramadhan 1444 H.)

PADI REBUS?

Beras Rakangan
(Foto: Zulfihadi)

Karena kekayaan alam dan keindahannya, Indonesia terkadang disebut sebagai serpihan surga yang jatuh ke bumi. Bukan hanya suku bangsa, bahasa dan adat istiadatnya yang majemuk. Tapi bahan pangan dan kulinernya juga yang bermacam ragam.


Sulawesi Barat sebagai bagian dari Indonesia tak ketinggalan memiliki banyak jenis pangan dan kuliner mulai loka sattai, kundo, jepa, kalumpang, nasu kadundung, doda,  serta masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Dan satu yang baru bagi saya adalah pare rakangan. Sudah pernah dengar nama pangan yang satu ini?. Saya yakin, masih banyak yang juga baru mengetahuinya. Saya sendiri baru pertama kali mendapatkan pare rakangan setelah mendapat kiriman dari salah seorang teman yang berasal dari Tutar, tidak lama sebelum tulisan ini dibuat.


Pare rakangan adalah bahan pangan berupa beras dari padi yang datangnya dari wilayah perbukitan di timur Sulawesi Barat. Daerah yang juga biasa dikenal sebagai Mandar pegunungan, tepatnya kecamatan Tubbi Taramanu, Kab. Polman berlanjut ke timur di dataran tinggi Nosu dan Pana, Kab. Mamasa.

Pare rakangan ini beras bukan sembarangan beras, sebab ada proses pengolahan yang cenderung tidak lazim dilakukan pada jenis padi lain. Dihasilkan dari padi ladang jenis beras merah. Biasanya padi lain setelah panen lansung dijemur lalu digiling hingga jadi beras. Berbeda dengan pare rakangan yang justru setelah dipanen akan melalui proses perebusan. Nah, unik kan !?. Nantilah setelah direbus lalu dijemur dan selanjutnya ditumbuk untuk memisahkan kulit sekamnya. 


Pada umumnya budidaya pare rakangan masih menggunakan cara dan alat tradisional. Buah padi dilepas dari batangnya menggunakan anai-anai yang dalam bahasa daerah disebut raapang (Mandar) atau rakkapEng (Bugis). Raapang berupa pisau kecil bertangkai kayu/bambu yang diselipkan agar tersembunyi di antara jari. Konon alat ini digunakan dengan cara itu guna menghormati Dewi Padi Sang Hyang Sri atau disebut dalam kitab I Lagaligo dengan nama Sangiang Seri.


Bahan pangan ini juga mendapatkan namanya dari proses pasca panen tersebut. Pare dalam bahasa Tutar berarti padi dan rakangan berarti rebus. Jadi pare rakangan jika dibahasa Indonesia-kan berarti padi rebus. Oh, ya. Saat memasak beras pare rakangan ini harus diberikan sedikit ekstra air dibanding memasak beras biasa ya. Karena karakter beras rakangan ini sedikit keras. Begitu tips dari teman yang memberi bahan pangan unik itu ke saya.


Zulfihadi

(Tapango, senja terakhir Sya'ban 1444 H.)


SELEKSI IKRA INDONESIA KEMBALI DIGELAR, KOPI CAP MARADDIA MAJU JADI PESERTA

Pembukaan Seleksi Ikra Indonesia 27/2/2024 Kopi kita boleh beda, tapi Indonesia kita tetap satu. Sebuah kalimat pembuka yang aku ucap saat m...