TENTANG APLIKASI
Nama Aplikasi : Lontaraq Digital
Developer : Zulfihadi
Tanggal Mulai proses pembuatan : 03 Mei 2015 Pukul 22.17.30 wita.
Tanggal Akhir pembuatan : 29 Mei 2015 pukul 18.32.16 wita.
Updated : 01 Juni 2015 pukul 22.11.45 wita.
Platform : OS Android versi 1.0
Spesifikasi smartphone pengguna : Apa saja yang menggunakan OS Android.
Dedicated for : Komunitas “Appeq Jannangang”
===================================================
Untuk mendownload manual selengkapnya silahkan klik DOWNLOAD
Dan untuk mendownload aplikasinya silahkan klik DOWNLOAD (khusus pengunjung yang menggunakan android sebagai media browsing).
Celebess adalah blogspot yang berisi informasi unik sekitar sejarah dan budaya masyarakat Sulawesi
12/06/2015
05/06/2015
MORAL REMAJA, TANGGUNG JAWAB SIAPA ?.
Masih hangat pembicaraan tetang pelaksanaan
kurikulum 2013 yang menggantikan KTSP 2006 sekitar satu semester lalu, kini
datang keputusan dari Menteri Dinas Kebudayaan dan Pendidikan kabinet Indonesia
Hebat yang dijabat oleh Anis Baswedan tentang penghentian pelaksanaan K-13
tersebut karena dinilai bahwa sumber daya manusia tenaga pendidik kita belum
siap untuk menerapkannya.
Respon tentang hal ini pun bermunculan, ada yang pro
dengan penghentian K-13 dan ada yang menolak. Dalam masalah ini, saya tidak akan
memposisikan diri disalah satu barisan tersebut namun hanya sekedar
mengingatkan bahwa uji coba K-13 yang hingga hari ini masih diadakan workshop
dan pelatihan bagi tenaga pengajar dibeberapa daerah tentu hanya bersifat
pemborosan dan sia-sia jika memang harus dihentikan, padahal tentu dalam
pelaksanaannya menggunakan biaya. Pun saya tidak akan menyoroti tentang
kelanjutan penghentian pelaksanaan K-13, sebab saya berfikir bahwa kita semua
telah memiliki tugas masing-masing.
Dalam tulisan singkat kali ini, saya hanya
ingin meminta sedikit perhatian anda tentang bagaimana kondisi generasi muda
kita saat ini khususnya di Mandar (Sulawesi Barat).
Lalu apa sebenarnya tujuan pendidikan untuk
anak-anak usia sekolah?. Tentu secara garis besar adalah untuk membentuk generasi
muda pelanjut pembangunan bangsa yang berilmu pengetahuan, terampil dan
berakhlak baik.
Mencermati degradasi moral
masyarakat khususnya remaja belakangan ini sesungguhnya sudah tidak bisa
dipandang sebelah mata namun semestinya sudah mendapat perhatian serius.
Cobalah sesekali kita tinggalkan tayangan sinetron atau infotainment dan
melirik tayangan berita. Kita mungkin kita tidak akan terkejut lagi disuguhkan dengan berita tentang kriminalitas yang sudah
tidak lagi didominasi oleh kalangan usia dewasa.
Namun sudah bergeser pada
kejahatan seksual, perkelahian, pencurian hingga pembunuhan yang dilakukan oleh
remaja yang masih dalam
usia sekolah. Dalam keseharian kita baik di rumah, di jalan atau bahkan di
sekolah sudah tidak asing jika menjumpai anak muda yang tidak mengenal adab
kesopanan. Sudah hilang kata “tabeq” dari lidahnya saat akan lewat di depan
orang yang lebih tua darinya, bahkan jika itu orang tuanya sekalipun. Sekedar
membungkukkan badan pada orang yang dilaluinya pun seolah sebuah pekerjaan yang
demikian beratnya.
Ada beberapa faktor yang
sesungguhnya berperan dalam pembentukan watak ramaja dan pelajar ini sehingga
terjadi hal demikian. Diantaranya adalah kondisi rumah tangga orang tua,
lingkungan dan tontonan. Demikian juga dengan penanggung jawab yang semestinya
terlibat ada beberapa namun biasanya yang terjadi adalah saling tuding antara
fihak yang semestinya menjadi pengawal dalam pembentukan akhlak dan moral
remaja ini.
Orang tua atau keluarga yang
menjadi tempat tumbuhnya seorang anak mempunyai peran dominan dalam pembentukan
watak sang anak mengingat porsi waktu yang lebih banyak dihabiskan oleh sang
anak di rumah mulai dari bangun tidur hingga kemudian tidur lagi. Seyogyanya
orang tua melibatkan diri dalam mengawasi anaknya mulai dari caranya mengatur
waktu beraktifitas, cara berpakaian, lingkup pertemanan hingga aktifitas sang
anak dalam penggunaan gadget canggih semisal komputer atau smart phone. Namun
sayangnya tingkat kesibukan, pendidikan dan kepedulian orang tua terhadap perkembangan
sang anak terkadang sangat minim. Mereka lebih mengutamakan untuk memenuhi
kebutuhan materi sang anak dengan dalih kasih sayang daripada mengisi waktu
luang mereka dengan pengajaran-pengajaran moral. Kebanyakan orang tua lebih
mempercayakan sepenuhnya pendidikan moral sang anak kepada lembaga pendidikan
atau sekolah. Tak jarang pula ada orang tua yang menyekolahkan anaknya hanya
dengan alasan agar mereka
tidak terganggu dalam mencari
nafkah. Sebagian orang tua akan sedemikian marah jika sampai anak-anaknya tidak
lulus sekolah dan menjadikan sekolah dan tenaga pengajarnya sebagai sasaran
emosi entah itu sebatas caci maki hingga tindakan teror tanpa melihat apakah
sang anak memang pantas untuk lulus atau tidak. Tingkat penguasaan teknologi
dikalangan orang tua juga seringkali menjadi hambatan dalam pengawasan
anak-anaknya. Sehingga pertumbuhan sang anak lebih banyak dipengaruhi oleh
internet.
Maka jadilah orang- orang tua yang kehilangan pamor dan wibawa di
hadapan anak-anaknya.
Lingkungan masyarakat juga
memiliki peran yang besar sebagai kontrol sosial untuk remaja. Namun yang
seringkali terjadi adalah adanya sikap apatis masyarakat itu sendiri. Tidak ada
jaminan jika seorang anak sekolah meninggalkan rumah dengan berpakaian seragam
sekolah dan menyandang tas, kemudian ia tiba di sekolah dan masuk ke kelas
untuk menerima pelajaran. Terkadang sang anak justru singgah ke rumah
masyarakat yang menjadi tempat mereka biasa nongkrong bersama teman-temannya
yang lain tanpa merasa risih dengan pakaian sekolah yang ia kenakan. Namun tuan
rumah atau masyarakat lain tidak melakukan teguran atau memberi nasehat agar
mereka masuk sekolah.
Sekolah adalah tempat bagi sang
anak untuk mendapatkan ilmu dalam menempuh masa depannya kelak, selain ilmu
sains tentu saja ilmu akhlak harus diberikan. Namun kemudian, porsi waktu perjumpaan
yang demikian terbatas. Dengan kondisi demikian sebuah kemustahilan jika
tanggung jawab pendidikan dan pengawasan remaja diserahkan sepenuhnya kepada
fihak sekolah.
Dinas Pendidikan juga tentu saja
tidak bisa berlepas tangan. Tugasnya untuk meneliti, meramu dan meluncurkan
sistem pendidikan serta materi pembelajaran yang tepat untuk remaja mutlak
diperlukan. Sudah selayaknya buku-buku materi pembelajaran khususnya mata
pelajaran seni budaya atau muatan lokal disusun sesuai dengan karakter dan
budaya masyarakat setempat. Tidak seperti apa yang sekarang terjadi dimana
buku-buku materi seni budaya hampir semua berisi dengan uraian-uraian yang
menjelaskan tentang budaya dari pulau Jawa yang dibeberapa sisi tidak sesuai dengan budaya masyarakat
di pulau lain.
Sehingga dengan mudah dapat disimpulkan bahwa
peran serta orang tua, masyarakat, lembaga pendidikan, pembuat sistem
pendidikan serta tenaga pengajar mutlak bekerja sama dan bahu membahu dalam pembentukan
generasi muda hingga akhirnya kemudian dapat menjadi penerus dalam pembangunan
bangsa yang mumpuni baik dari sisi ilmu pengetahuan maupun akhlaknya.
Semoga tulisan singkat ini bisa menjadi bahan
masukan dalam meracik dan meramu sistem pendidikan kita di Indonesia. Sudah
tiba waktunya siswa tidak hanya ditekankan memiliki keterampilan dan ilmu
pengetahuan semata namun juga diarahkan agar memiliki moral dan budaya yang
baik sebagai pondasi jika kelak tongkat estafet pembangunan bangsa telah tiba saatnya
untuk diserahkan ke tangan mereka.
Dan yang terakhir, saya ingin mengajak para
pengajar, orang tua, dan masyarakat lain agar kiranya sejenak kita meluangkan
waktu untuk kembali belajar dan sedikit memacu hasrat kita untuk mempelajari
teknologi. Sungguh ironis kiranya jika kita selaku pengawas dalam perkembangan
pendidikan dan akhlak anak-anak kita justru kecolongan hanya karena kita
“BUTEK” atau buta teknologi.
Langganan:
Postingan (Atom)
SELEKSI IKRA INDONESIA KEMBALI DIGELAR, KOPI CAP MARADDIA MAJU JADI PESERTA
Pembukaan Seleksi Ikra Indonesia 27/2/2024 Kopi kita boleh beda, tapi Indonesia kita tetap satu. Sebuah kalimat pembuka yang aku ucap saat m...

-
Bawa di arangan (mellullung kaeng lotong) 2x Mattattangai ToPole Dzi Balitung Apamo puti-putiqna (topole Dzi Balitung) 2x Tuppuang ...